Kamis, 15 Desember 2011

Duyung di Lautan 3


Di atas tempat tidur Kana berusaha memejamkan matanya tapi bayangan Purple dan ingatan tentang masa kecilnya menari riang di benaknya. Malam telah larut seharusnya Kana terlelap dibuai sejuknya angin malam tapi ada sebuah ingatan yang terasa samar dan membuat Kana penasaran. Ingatan tentang Ayahnya, dia dan Purple juga bersama….. ah Kana tak sanggup mengingatnya, entah kejadian apa yang terjadi. Kana bangkit dari tempat tidurnya. Dia bertekad mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi. Sepenggal ingatan yang tersamar bagai kabut yang menutupi jalan Kana. Dia berjalan dengan pelan keluar dari rumah tak ingin Hendu dan istrinya bangun. Jika mereka bangun pasti mereka akan melarangnya pergi. Malam ini, malam gelap tanpa cahaya bintang, hujan yang baru berhenti membuat bintang tak memperlihatkan wujudnya, tapi rasa penasaran Kana telah membuncah ingin mengetahui jawaban. Ya, harus malam ini.



“Purple… purple… ini aku Kan. Keluarlah.” Kana berdiri diatas perahu kecilnya, memangil – manggil putri duyungnya. Seketika Purple keluar, tapi bukan wajah riang karena bertemu Kana. Dia terlihat takut. “mengapa kamu datang malam – malam begini. Mereka sebentar lagi akan keluar dan ini bukan waktunya manusia berada dilautan. Pulang lah.”

“Mereka? Siapa mereka? Aku ingin bertanya sesuatu pada mu.”

“bangsa ku. Kami bermain saat malam telah larut dan sejak zaman dulu manusia sudah membuat perjanjian dengan kami kalau malam larut adalah milik kami dan pagi terang adalah milik mereka. Jadi pulang lah sebelum bangsa ku melihatmu, mereka bisa marah dan aku tak ingin terjadi apa – apa dengan mu Kan.”

“tapi……”

“kumohon Kan pulang lah. Cukup Ayah mu saja yang jadi korban.”

“Ayahku? Korban? Apa maksudnya? Purple, tolong jelaskan semuanya?” Rasa penasaran Kana makin membuncah seperti gunung berapi yang siap mengeluarkan laharnya.

“tidak sekarang Kan. Kumohon pulang lah.” Suara dan wajah Purple yang memelas membuat Kana terdiam tapi tak lama. “kalau begitu, ikutlah denganku. Dibagian belakang perahu ada tempat untuk menaruh ikan yang ditangkap. Aku bisa mengisinya dengan air dan kamu bisa duduk disitu.” Dengan keras kepala Kana mengusulkan idenya. Purple memandangi wajah Kana. Ada perasaan iba tapi Purple juga tak mau terjadi sesuatu pada Kana. “mendekatlah kemari.” Perintah Purple pada Kana, Kana mendekat dan tiba – tiba Purple menarik lengan Kana membuat Kana tertunduk dan kini wajahnya persis di depan wajah Purple. “Kamu tak banyak berubah Kan. Masih saja keras kepala” lalu Purple menempelkan kening nya ke kening Kana. Hanya sebentar tapi kening Kana terasa hangat dan seperti terlihat cahaya waktu mereka menempelkan kening. “pulanglah. Dan saat kamu tiba dirumah kamu akan mengingat semuanya.” Purple menjauh dari sisi perahu Kana, dia berenang kedalam lautan dan meninggalkan Kana sendirian. Bagai terhipnotis Kana membawa perahunya kembali ke dermaga. Tanpa berpaling dan tanpa pertanyaan, begitu saja Kana kembali ke rumah. Sebenarnya Kana tak terhipnotis tapi dia percaya dengan semua ucapan Purple. Jawaban pasti akan dia dapat setelah sampai dirumah. Ya, jawaban yang membuat rasa penasarannya berteriak – teriak ingin tahu.

“Kan…mengapa kamu kemari, sudah Purple bilang kamu tak boleh kemari.”

“tapi Purple bilang hari ini ada pesta para duyung. Kan ingin lihat.”

“tidak boleh. Kan harus pulang, sekarang juga. Ayo pulanglah Kan sebelum para tetua melihatmu. Ini berbahaya Kan.”

“memangnya apa yang akan mereka lakukan pada Kan?”

“Purple tak tahu. Purple mohon pulang lah Kan.”

“ayolah putri duyung kecil ku, biar Kan melihat pesta nya. Kan akan bersembunyi sehingga mereka tak akan melihat Kan.”

“hemm…..baiklah, Kan tahu Purple tidak bisa menolak permintaan Kan. Tapi ingat, berhati – hati lah.”

“hehehe…iya putri duyung kecil ku.”

Percakapan dimasa lalu itu bergiang ditelinga Kana. Kini semua ingatan yang ditutupi oleh kabut telah terang dan jelas semua. Kana bisa mengingat setiap bagiannya, semuanya. Ya, malam pesta para duyung 13 tahun yang lalu. Pesta penuh lagu – lagu indah dengan suara nyanyian merdu yang membuat Kana takjub diatas gua kecil ditengah lautan. Kana bersembunyi di dalam gua itu, terdiam dan terkagum melihat keindahan yang dipertunjukan para duyung. Tapi itu hanya berlangsung sebentar karena tak lam kemudian Kana mendengar namanya dipanggil. Panggilan keras dan penuh kecemasan itu berasal dari suara ayahnya. Para duyung segera menyelam kedalam lautan ketika menyadari ada manusia yang mendekat kewilayah mereka. Tapi duyung tetua, pemimpin para duyung tak pergi. Dia menghadang jalan perahu ayah Kana. Terlihat marah dan gusar sang tetua berteriak pada ayah Kana.

“KAU LAGI, KAU LAGI! TIDAK CUKUP KAH KAU MEMBUAT ANAK PEREMPUANKU MATI? SEKARANG KAU DATANG MENGANGGU PESTA KAMI.” Ayah Kana tak terlihat takut, dia berdiri kokoh di atas perahu.

“maafkan saya kalau telah merusak pesta kalian wahai Raja duyung terhormat. Saya hanya sedang mencari anak saya. Dan satu lagi, putrid anda bukan mati karena saya, tapi karena sifat egois anda yang tak membiarkan putri anda memilih jalannya sendiri.”

“JAHANAM KAU. TERKUTUK WAHAI ENGKAU MANUSIA HINA. KALIAN MANUSIA TAK LEBIH DARI SEONGGAK DAGING. KALIAN MERASA BANGSA KALIAN LAH YANG PALING TINGGI, PALING SEMPURNA. CUKUP SEKALI AKU MENGAMPUNI MU TAPI TIDAK KALI INI. MENGHILANG LAH DARI LAUTANKU SEKARANG MANUSIA KOTOR!!!!!!!” setelah teriakan marah raja duyung langit langsung berubah gelap dan awan hitam mengeluarkan angin topan tepat di atas perahu Kana. Angin topan itu menarik masuk dan menggulung perahu serta ayah Kana. Kana ingin berteriak tapi mulutnya dibungkam Purple. Dia menangis dalam dekapan tangan Purple. Tangis yang tak berhenti walau telah kembali ke rumah.

Mengingat itu membuat Kana jatuh berlutut dan butir – butir airmatanya berjatuhan. “maaf kan Kana ayah, maaf…..” Ingatan tentang kejadian ini sengaja Purple tutup dari benak Kana. Kana hanya ingat ayahnya hilang dilautan. Menerima begitu saja, bahkan perlahan Kana melupakan keberadaan Purple. Tapi mengapa sekarang Purple memanggilnya? Dulu dia menghilangkan ingatan Kana, tapi sekarang dia mengembalikannya, semua. Kana menghentikan tangisnya. Rasa benci pada tetua duyung memenuhi relung hatinya. Bukan saatnya menangis dan meratapi penyesalan tapi rasa dendam lah yang harus dituntaskan. Malam ini, malam ini akan kuselesai kan. Ucap Kana didalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar