Aku adalah pengoleksi cinta, sudah
berpuluh – puluh cinta ku kumpulkan dan berbagai pernak – pernik dari cinta
sudah kupeloreh. Rasanya menyenangkan menjadi penguasa cinta, mengobral janji
setia dan kasih sayang yang tak lekang, mengikat hati para wanita yang
membutuhkan cinta. Tentu saja semua itu tak gratis, aku sudah memberikan cinta
yang para wanita harapkan, mereka juga sepatutnya membalas dengan memberikan
apa yang kuinginkan. Jangan pernah coba – coba melawanku maka cinta ku akan
kucabut dan kesakitanlah yang aku tancapkan.
Seperti hari ini, pacar nomor 22 ku baru
saja memutuskan ku, dia bilang masih terkenang akan pacarnya. Aku tak peduli
dia masih mengenang pacarnya atau tidak, tapi dikamusku tidak ada kata
diputuskan, aku lah yang seharusnya memutuskan karena aku adalah penguasa
cinta. Seperti janjiku, maka kesakitan pun kutebarkan. Segala macam teror ku
lakukan. Ini lah asiknya dunia lesbian, apalagi di Indonesia yang masih tabu
akan cinta sesama jenis. Aku pengoleksi cinta dengan wajah ganteng, pintar
merayu wanita juga lihai mengakali mereka, dengan gampang menakut – nakuti pacar
nomor 22 ku. Ku ancam dia akan membocorkan siapa dia kepada keluarganya,
kekantonya dan kesemua teman – temannya. Dia takut, sangat ketakutan, menangis dan
meminta ku jangan melakukan semua itu. Aku tak peduli, siapa suruh dia tak
berani coming out seperti aku. Tangisannya malah membuatku makin jijik
melihatnya.
“Pergi sana, buat apa kau datang kesini!”
“Kumohon jangan lakukan itu, keluarga ku
akan marah, aku bisa dijauhi teman – temanku dan aku bisa dipecat. Kumohon Ray....”
“Apa peduliku, siapa kau? Kau bukan
siapa – siapa ku. Itu akibat nya kau berani membohongiku!!!” Tangisannya makin
kencang dan dia berlari meninggalkan ku. Rasa kan pembalasan dendam ku.
Sudah bertahun – tahun aku melanglang
buana didunia lesbian ini, mencintai wanita adalah nikmat. Merasakan tubuh
wanita adalah surga. Dicintai wanita adalah kesenangan. Mendapat hadiah dari
wanita adalah hak. Kadang ada kala nya aku terjatuh juga, pacar nomor 29 ku
kali ini ternyata tidak bisa dipermainkan seperti pacar – pacar yang lain. Dia membawa
polisi ke kontrakan ku. Menagih uang 20 juta yang kupinjam darinya. Enak saja,
itu bayaran untuk pemuasan nafsunya dan juga cinta yang selama ini tak pernah
dia rasakan. Untung saja aku bisa berkelit dan lari. Kali ini si nomor 29 tidak
bisa diancam, tapi aku juga tak semudah itu ditangkap.
Mengambil pengalaman dari pacar nomor
29, sekarang aku lebih berhati – hati. Sebaiknya aku cari wanita yang masih bau
kencur dan baru terjun di dunia lesbian ini. Dan laut terbesar dengan ikan –
ikan gadis lesbian adalah facebook. Disini aku bisa dengan leluasa merangkai
wujud diriku dengan sempurna. Bergaya bak seorang lesbian dewasa yang ganteng
juga baik hati.
Status – status gelisah para gadis pun
kukomentari dengan bijak tak lupa memasang status terbaik yang menjadi mata
kail agar para gadis memakan umpanku. Rasanya makin menyenangkan.
“Hi.....” nada obrolan difacebook ku
berbunyi, sepertinya satu ikan sudah melihat umpanku.
“Hi juga...salam kenal Yessy.”
“Salam kenal kak Ray.” Aku membiarkan
dia mengetik lagi, tak membalas duluan.
“Kak Ray...makasih ya buat nasehatnya
tadi. J”
“Sama – sama dik. J”
“Kak Ray umurnya berapa?”
“Kakak masih muda, umur dik Yessy
ditambah 6 :p”
“Hihihi......kok kk tahu sih umur Yessy?”
“Tahu donk, tu Yessy kan buat diprofile
tahun lahirnya.”
“Hayoo...kakak ngutak – ngatik wall
Yessy ya. :p”
“Hahaha......kan pengen tau dik Yessy. J”
Percakapan kami terus berlanjut dan
dalam seminggu umpan ku telah termakan sempurna oleh Yessy. Dia resmi menjadi
pacar nomor 30 tapi tentu saja dia tidak tahu itu. Aku hanya bilang dia pacar
ke tiga ku, kedua pacarku yang lain meninggalkanku untuk menikah. Skenario yang
bagus bukan.
Handphone baru sudah ditangan. Betapa bodoh
nya pacar nomor 30, ah...tapi semua pacar – pacarku memang bodoh atau
barangkali aku yang terlalu pintar. Dengan alasan handphone ku rusak dan tak
bisa membeli yang baru, gajiku terpakai untuk mengobati adik yang kecelakaan,
pacar nomor 30 mengirimkan handphone baru. Dia resah karena tak bisa
menghubungiku, tak tahu kabarku. Aku tertawa senang menerima handphone itu. Bahkan
adik pun aku tak punya. Ayah ibu sudah lama kutinggalkan dan mereka juga
sepertinya tak mempedulikanku setelah perceraian mereka dan mempunyai keluarga
baru. Pacar nomor 30, tenang, aku akan membalas dengan janji – janji gombal
yang membuatmu mabuk kepayang.
Aku adalah pengoleksi cinta dan
pantangan terbesarku adalah tidak boleh jatuh cinta. Kalau aku jatuh cinta
tentu semua akan kacau. Maka, kubalut hatiku dengan kain tebal agar tak melihat
apa itu cinta. Aku sudah putus dari pacar nomor 30, dia terlalu cerewet
semenjak kuperawani. Meminta tinggal bersama dan mulai pelit terhadapku. Aku kabur
kekota lain lagi. Dan mengganti akun Facebook dengan nama baru, profile baru
dan semua hal baru.
Hari ini aku akan berjumpa dengan wanita
yang belum resmi menjadi pacar nomor 31 tapi sudah mematuk – matuk papan ku. Dia
meminta bertemu sebelum kami resmi berpacaran. Katanya dia dulu pernah ditipu pria
yang membuat akun sebagai wanita lesbian. Tentu saja aku tak menolak, rupaku
lebih dari cukup untuk membuatnya terpesona. Maka perjumpaan kami berjalan
lancar. Dari cafe kami beranjak kehotel, hei...pasti dia yang bayar bukan aku.
“Sini sayang.” Aku menarik tangannya
agar mendekat, dia menurut. Kucium lembut wajahnya dan dia menikmatinya. Kupangut
bibirnya, dia membalas. Tak menunggu lama pemanasan yang kulakukan berjalan
sempurna, dia terangsang dan mulai membukai pakaianku, aku juga tak kalah gesit
membuka pakaiannya. Kami polos, tak sehelai benang pun menempel ditubuh. Dia begitu
lezat. Payudara yang bulat sempurna dengan puting kecil berwarna pink, pinggul
yang ramping, wajah yang cantik, vagina yang siap diberi kenikmatan. kami
hanyut akan tarian napas, lidah dan tangan bermain lincah. Ah....betapa
nikmatnya bercinta. Dan.....aku terlelap bahagia.
Aku adalah pengoleksi cinta, seperti
yang kubilang, aku tak menaruh hati dalam permainanku tapi ada sedikit
kesalahan yang kubuat, memang selama ini aku mencari wanita yang memakai hati
dalam permainan cinta tapi pacar nomor 31 bukan memakai hati cinta malah hati
benci. Setelah selesai bercinta dan aku tidur dengan lelap dia mengiris leherku
sampai aku mengejang – ngejang mencari cara agar selamat. Darah yang mengucur
dan irisan nya yang tepat membuatku kehabisan napas. Aku mati seketika. Kini tubuhku
dipotong – potong dalam ukuran kecil.
“RASAKAN. RASAKAN ITU. KALIAN SAMA SAJA.
SEMUA BUTCHI SAMA SAJA. HANYA TUBUH YANG KALIAN INGIN KAN. APA BEDANYA KALIAN
DENGAN LELAKI!!!!” ya, koleksi cintaku yang terakhir sepertinya memendam dendam
kepada butchi dan aku yang seharusnya menjadikan dia koleksi cinta malah
sekarang menjadi korban sakit hatinya.
Aku pengoleksi cinta dan harus berakhir
diangka 31.