Minggu, 14 Juli 2013

Kehidupan Cinderella Setelah Menjadi Putri



Hidup di istana megah, menjadi istri dari pangeran tampan tentu menjadi impian banyak gadis dan Cinderella salah satu gadis yang telah mewujudkan impian itu. Hanya dalam sehari hidupnya berubah total. Ibu Peri baik hati telah membuat Cinderella bertemu calon suami yang juga baik hati. Betapa sempurnanya hidup Cinderella. Benarkah demikian? Mari kita jenguk sang Putri yang kini telah tinggal di istana.

Dengan kamar yang luas tak bisa dibandingkan dengan kamar di loteng juga pelayan yang banyak, Cinderella tak perlu lagi sibuk mengerjakan pekerjaan rumah atau melaksanakan perintah sang Ibu tiri. Tapi kebosanan cepat menjalar dihati Cinderella. Dia telah terbiasa bergerak dan bukan diam untuk dilayani. Pernah sekali Cinderella ingin memasak untuk sang Pangeran, suaminya. Tapi ketika menginjakan kaki di dapur, para pelayan dan koki terkejut bukan kepalang. Mereka membungkuk sopan bertanya dan mengerutkan dahi mendengar apa yang ingin Cinderella lakukan. Kepala koki berkata dengan sopan kalau memasak untuk Pangeran dan keluarga kerajaan adalah tanggung jawabnya, bagaimana bisa ia membiarkan istri Pangeran yang memasak. “Demi keselamatan hamba dan pelayan yang lain, sebaiknya Putri biarkan kami melaksanakan kewajiban kami seperti biasanya.” Meski terdengar sopan tapi Cinderella bisa merasakan kesinisan kepala koki. Tak ingin memperpanjang masalah, Cinderella memilih menurut dan meninggalkan dapur istana.

Cinderella kembali berjalan menyusuri istana. Dibelakangnya dua dayang istana mengikuti dengan setia. Waktu pertama kali dia selalu diikuti, Cinderella protes dan mengeluh pada suaminya. “Mereka hanya ingin menjaga dan membantumu, sayang. Itulah tugas mereka.” Kata pangeran waktu itu.
“Tapi saya tak ingin diikuti terus menerus. Kasihan mereka harus mengikuti saya selama seharian.”
“Kamu memang istriku yang baik hati. Tapi biarlah mereka mengikutimu sayang. Aku tak ingin kamu tersesat di istana ini.” Dan tentu saja Cinderella menurut. Dia tak ingin suaminya khawatir. Istana memang luas dan Cinderella akhirnya mengakui suaminya benar. Berulang kali Cinderella tersesat dan berulang kali pula kedua dayang itu menunjukan arah yang benar. Cinderella akhirnya terbiasa diikuti, dia hanya merasa jengah karena kedua dayang itu tidak mau berjalan disampingnya. Tidak sopan menurut mereka berjalan disamping istri Pangeran. Jadinya mereka tetap berjalan dibelakang Cinderella.

“Hai, kamu pasti istri Kak Astra.” Suara itu mengejutkan Cinderella. Sesosok wanita yang cantik dan wajah yang tegas tapi tampak riang berdiri dihadapan Cinderella. Dia mengenakan pakaian perang pria yang lambang kerajaannya menunjukan kalau dia adalah anggota kerajaan sama seperti milik Pangeran. Dan ketika wanita itu menyebut nama suaminya, Cinderella juga tahu pasti dia adalah Putri Lea, adik suaminya yang baru pulang dari perbatasan kerajaan.
“Iya, saya Cinderella, Putri Lea.” Cinderella membungkuk hormat.
“Ah...pasti Kak Astra telah bercerita tentangku. Senang berjumpa dengan Kakak ipar.” Putri Lea mengangkat tangan kanan Cinderella, dia membungkukan kepala dan mencium punggung tangan Cinderella.

Malamnya mereka makan bersama. Raja tampak sumeringah Putrinya telah pulang. “Kamu tahu Cinderella, sekian tahun saya merasa tak memiliki anak perempuan dan ketika kamu datang ke istana ini barulah saya tahu bagaimana rasanya memiliki anak perempuan.” Raja terkekeh.
“Ayah, kita sedang makan malam. Bukankah ada lain waktu untuk mencurahkan isi hati Ayah.” Putri Lea langsung protes. Dia tahu Raja sedang menyindirnya.
“Hei Dik, seharusnya kamu merasa bertanggung jawab akan apa yang dirasakan Ayah.” Pangeran Astra malah ikut menyindir Putri Lea. Putri Lea tak menanggapi perkataan Pangeran, dia malah memandang kearah Cinderella. “Kakak ipar, coba Kakak ipar pikirkan bagaimana aku bisa bersikap seperti Putri yang lemah lembut ketika selagi bayi Ibu sudah tiada dan besar dengan mengikuti Kakak yang diajarkan ilmu pengetahuan dan ilmu bela diri. Juga seorang Ayah yang giat mengajari memanah dan menggunakan pedang. Ayah dan Kakak adalah panutanku.” Pandangan Putri Lea yang semula berada di Cinderella kini beralih ke Pangeran dan Raja. Raja dan Pangeran lalu saling memandang dan tertawa lebar. Putri Lea menyeringai puas melihat Ayah dan Kakaknya kehabisan kata. Hanya Cinderella yang kebingungan harus berbuat apa.
“Kadang lelaki harus dibungkam dengan kata yang tepat.” Putri Lea mengedipkan mata dan berbisik pada Cinderella.

Bukankah kisah indah hanya ada di dongeng? Tapi sebenarnya dongeng tak selalu indah, hanya saja si pencerita sengaja mengakhiri dongeng tepat dibagian indahnya saja. Seperti hari ini, Perdana Menteri mengumpulkan pejabat istana yang memang haus kekuasaan dan kekayaan. Perdana Menteri sengaja tak memanggil pejabat yang setia pada Raja.
“Kita semua bisa melihat apa yang dilakukan Pangeran, Putra Mahkota kerajaan kita. Dia menikahi rakyat jelata. Sudah sebulan dan kerajaan lain malah menjauhi kerajaan kita. Ini buruk saudara – saudara. Kerajaan Selatan bahkan menaruh marah pada kerajaan kita, Pangeran menolak begitu saja Putri kerajaan Selatan. Dan dia malah menikahi gadis yang entah dari mana asal usulnya, bahkan darah bangsawan pun tidak mengalir didarah gadis itu.” Perdana Menteri memusatkan pandangan pada Menteri Abu. “Dan sangat disayangkan sekali Pangeran menolak Putri anda yang cantik jelita. Jelas – jelas anda adalah seorang bangsawan yang terhormat.” Perkataan Perdana Menteri mengena, Menteri Abu langsung terbakar amarah.
“Ya, anda benar. Apa jadinya jika Pangeran naik tahta dan rakyat jelata itu menjadi Ratu? Kerajaan lain pasti akan menertawai kerajaan kita. Ini tidak bisa dibiarkan.” Seruan bersambut, Perdana Menteri berhasil memanaskan acara.
“Jangan biarkan Pangeran naik tahta, kita harus bertindak.” Maka hari itu kudeta pun direncanakan.

Putri Lea berjalan dengan raut kesal dari ruang belajar. Dia baru saja berbicara dengan Ayah dan Kakaknya. Menceritakan tentang kecurigaannya terhadap Perdana Menteri. Tapi Raja dan Pangeran malah tak percaya, mereka menyebut Putri Lea terlalu curiga. Kerajaan begitu damai tak mungkin Perdana Menteri berniat jahat. Putri Lea menceritakan alasan kecurigaannya, tapi tetap tak didengar. Karena itulah Putri Lea langsung keluar dengan raut kesal. Tanpa memperhatikan jalan Putri Lea tak sengaja menabrak Cinderella yang memang sedang menuju ruang belajar.
“Ah...maaf, maafkan saya. Apa Putri tidak apa – apa?” Cinderella langsung meminta maaf. Putri Lea meringis.
“Seharusnya akulah yang meminta maaf Kakak ipar.” Putri Lea bangkit dan membantu Cinderella bangkit juga. Kedua dayang Cinderella berdiri salah tingkah, tak tahu harus berbuat apa.
“Apakah Kakak ipar tidak merasa risih dengan dua penguntit itu?” Mendengar bisikan Putri Lea, Cinderella tertawa kecil.
“Sangat. Tapi Pangeran tak mengizinkan saya berkeliaran tanpa mereka.” Cinderella juga ikut berbisik. Kedua dayang itu tambah bingung mendapati dua Putri sedang berbisik.
“Mari aku ajarkan trik agar tak dikuntit lagi.” Setelah berbisik demikian, Putri Lea berdiri tegap dan berkata dengan tegas, “Apa yang kalian lakukan melihat Putri Cinderella terjatuh? Hanya diam? Cepat bertindak! Kamu, ambilkan obat dan kamu, bawa tabib kesini. Ayo, tunggu apa lagi!!!” Teriakan Putri Lea membuat kedua dayang itu berlari dengan gugup melaksanakan perintah. Setelah kedua dayang itu tak terlihat lagi, Putru Lea mengulurkan tangan pada Cinderella.
“sebaiknya kita segera kabur sebelum mereka datang membawa obat dan tabib.” Cinderella mengangguk dan menerima uluran tangan Putri Lea. Mereka berlari meninggalkan teras depan ruang belajar.

Mereka sekarang berada di istal kuda yang berada dihalaman belakang kerajaan. Putri Lea mengajak Cinderella duduk diatas jerami.
“Bolehkan aku memanggil Kakak ipar dnegan nama saja? Cinderella?”
“Tentu saja boleh Putri Lea.”
“Kalau begitu panggil aku dengan Lea, tanpa Putri. Bagaimana Cinderella?”
“Baiklah, Lea.” Cinderella mengangguk. Senang mendapat teman baru juga senang terbebas dari sopan santun kerajaan.
“Cinderella, jika aku mencurigai Perdana Menteri berniat jahat, apakah kamu akan percaya?” Pertanyaan Putri Lea membuat Cinderella berpikir dan menjawab dengan ragu.
“Saya tidak begitu mengenal Perdana Menteri. Saya tidak bisa langsung bilang percaya pada Put, maksud saya pada Lea. Tapi saya juga tidak bisa bilang kalau Lea berbohong. Kamu pasti punya alasan mengapa mencurigai Perdana Menteri.” Jawaban Cinderella membuat Lea tersenyum.
“Terimakasih Cinderella, kamu tak menganggap ceritaku hanya bualan. Perdana Menteri orang yang ambisius. Dulu dia Jendral perang yang hebat. Dia ingin membuat kerajaan meluas tapi tidak dengan Ayah. Ayah adalah Raja yang cinta damai. Beliau tidak ingin berperang dan membuat kematian untuk para prajuritnya dan tangisan pilu keluarga yang menanti dirumah. Maka Ayah menghentikan perang yang telah berlangsung lama ketika belian naik tahta. Jendral perang tidak setuju, tapi Ayah adalah Raja. Tihtah Raja adalah mutlak maka dia pun harus mematuhi. Demi mencegah kemarahan Jendral perang, Ayah pun mengangkatnya menjadi Perdana Menteri. Memberi kekuasaan yang banyak tapi sepertinya itu belum cukup untuk dia.” Putri Lea menghela napasnya dan kembali bercerita. “Ambisi Perdana Menteri untuk memperluas kerajaan tak pernah berhenti. Dia mengusulkan perjodohan antara Kak Astra dengan Putri kerajaan Selatan. Dengan itu maka kerajaan kami akan semakin besar, itu katanya kala itu. Tapi Kak Astra menolak, Kak Astra ingin menemukan sendiri pasangan hidupnya. Perdana Menteri marah, dia bilang kemarahannya hanya masalah kecil tapi penolakan Kak Astra akan menyebabkan kemarahan besar kerajaan Selatan. Mungkin mereka akan mengumandangkan perang. Karena kata – katanya itu, aku memutuskan untuk pergi keperbatasan kerajaan.”
“Apakah Raja dan Pangeran mengizinkanmu pergi menghadapi bahaya seperti itu?” Cinderella tiba – tiba memotong cerita Lea. Lea sama sekali tak tersinggung, dia malah menjawab pertanyaan Cinderella dan kembali bercerita.
“Tentu saja mereka tak akan mengizinkan kalau tahu aku mau keperbatasan. Aku pergi diam – diam, membawa prajurit kepercayaan. Ayah dan Kak Astra baru tahu aku kemana setelah membaca surat yang kutitipkan pada menteri kepercayaan Ayah. Aku dengan tegas menulis melarang mereka untuk menyusul. Aku berjanji akan menyelesaikan masalah dengan kerajaan Selatan dan meminta Kak Astra mencari wanita impiannya.”

Selagi Putri Lea dan bercerita, di istana telah terjadi kudeta. Pasukan pembelot menangkap Raja dan Pangeran yang sama sekali tak menyangka akan ada pemberontakan. Menteri – menteri yang setia juga ikut ditangkap. Dalam waktu cepat Perdana Menteri menguasai kerajaan. Yang lemah hanya bisa diam dan patuh dengan perintah Perdana Menteri. Siisi istana tahu betapa kejam Perdana Menteri, kalau tak menurut tentu nyawa taruhan mereka. Contohnya sudah ada, Jendral Amaki melawan dan kepalanya sekarang tak lagi menyatu dengan tubuhnya. Pangeran dan Raja dijebloskan ke penjaran bersama menteri – menteri yang setia. Putri Lea baru tahu kabar pemberontakan ketika Jendral Ataki, anak Jendral Amaki yang berhasil melarikan diri memberitahu Putri Lea.
“Kurang ajar Perdana Menteri, bisa – bisanya dia melakukan pemberontakan.” Putri Lea langsung marah. Dia tak menyangka secepat ini hal yang ditakutkannya terjadi.
“Kita tidak bisa bertindak gegabah Putri. Raja dan Pangeran menjadi tawanan mereka.” Jendral Ataki meminta Putri Lea tenang. Cinderella yang khawatir akan keselamatan suami dan mertuanya kagum melihat ketenangan Jendral Ataki yang Ayahnya telah tiada.
“Ya, kita harus membalas. Kumpulkan pasukan setia yang berhasil meloloskan diri. Kita buat strategi untuk menghajar balik para pemberontak.” Putri Lea yang cerdik pun kembali tenang dan mengatur siasat.

Didalam istal istana yang tak diduga Perdana Menteri sebagai tempat persembunyian Putri, telah berkumpul kepala pasukan yang setia. Putri Lea pun menjelaskan strateginya. Meminta setiap kepala pasukan memimpin prajuritnya. Bertindak hati – hati dan jangan sampai lengah.
“Cinderella, apakah kamu siap menjadi umpan untuk siasat kita?” Lea bertanya sekali lagi pada Cinderella, dan Cinderella mengangguk tanpa ragu. Dari awal Lea sudah menceritakan strateginya yang melibatkan Cinderella sebagai umpan dan Cinderella sangat bersedia membantu. Maka strategi malam ini akan langsung dilaksanakan. Sebelum berangkat, Putri Lea membekali Cinderella dengan belati.
“Simpan lah ini di dalam gaunmu. Berhati – hatilah. Aku akan sangat menyesal jika terjadi sesuatu pada mu Cinderella.”
“Saya akan berhati – hati. Saya yakin kamu akan melindungi saya.” Cinderella menaruh kedua tangannya di pipi Lea, tersenyum dan memberikan semangat. “Kamu pasti bisa menyelamatkan kerajaan ini.” Putri Lea tersenyum dan mengangguk yakin.

Cinderella mengendap masuk ke dalam istana. Menghindari prajurit yang sedang berjaga. Tapi prajurit penjaga melihat gerakan aneh dan menangkap basah Cinderella. Dia dan teman – temannya pun langsung mengepung Cinderella. Membawa Cinderella kehadapan Perdana Menteri. Perdana Menteri pun tertawa senang.
“Coba katakan apa siasat Putri Lea? Sengaja membiarkanmu tertangkap hingga aku menjebloskanmu kepenjara yang sama dengan Pangeran dan Raja?”
“Ba....ba...gai..bagaimana...kamu tahu?” Cinderella bertanya gugup.
“Anak ingusan ingin mengelabuiku? Cih....kalian akan segera mati ditanganku.”
“Kamu tidak akan berani, membunuhku berarti membunuh rakyat. Rakyat akan marah dan memberontak.” Cinderella berkata dengan berani. Perdana Menteri memicingkan mata dan melihat Cinderella, lalu dia tertawa terbahak – bahak.
“Kamu pikir ancamanmu membuat aku takut? Tidak akan ada yang berani melawanku, bahkan rakyat jelata seperti kalian.”
“Kamu tak akan berani!” Walau berkata dengan tegas tapi wajah ketakutan Cinderella membuat Perdana Menteri makin senang. Dia menyuruh para prajurit mengumpulkan semua rakyat untuk berkumpul dilapangan tak peduli malam sudah larut. Dia menyeret Cinderella yang telah diikat mulut ke atas panggung istana. Menunggu hingga semua rakyat menunggu dilapangan.
“Hai rakyatku, hari ini aku akan menunjukan kematian seorang pemberontak. Dengan lihai dia telah memperdaya Pangeran dan Raja hingga menyebabkan mereka tewas. Cinderella, rakyat jelata yang telah dipersunting Pangeran tapi tak tahu berterimakasih. Malam ini, kematiannya akan menjadi balas dendam untuk rasa keadilan.” Ucapan Perdana Menteri membuat rakyat bergumam saling bertanya apakah ini benar.
“Lihat saja Pangeran dan Raja tak muncul, mereka telah tiada. Bahkan Putri Lea pun menjadi gila hingga tidak berani muncul disini. Keadilan, bukankah itu yang selalu kita junjung tinggi dikerajaan kita.”
“Ya, Keadilan! Bunuh penjahat itu.”
“Bunuh Cinderella.” Suara rakyat bersautan. Kata – kata Perdana Menteri telah termakan oleh rakyat.
“Dia bohong. Pangeran dan Raja belum tewas, dia lah pemberontak yang ingin menguasai kerajaan.” Putri Lea telah muncul dan menodongkan pedang kearah Perdana Menteri.
“Ah, Putri Lea. Sungguh tragis nasibmu Nak. Kamu telah menjadi gila akibat kematian Pangeran dan Raja. Kamu bahkan berhalusinasi mereka belum meninggal.” Dengan wajah sedihnya yang membuat Putri Lea jijik, Perdana Menteri membuat sandiwara. Dengan Cinderella yang masih ditangannya, Perdana Menteri tahu Putri Lea tidak akan berani menyerang. Tapi perkiraan Perdana Menteri salah. Dia terlalu fokus pada Putri Lea hingga tidak tahu Pangeran datang dan segera menarik Cinderella dari tangan Perdana Menteri. Terkejut mendapati Pangeran bebas membuat Perdana Menteri berang. Dia telah termakan siasat Putri Lea. Putri Lea memang sengaja menyuruh Cinderella tertangkap dan menghasut hingga Perdana Menteri membawanya ke panggung istana. Para prajurit pemberontak pun mengawasi lapangan hingga lengah mengawasi penjara. Dengan cepat Putri Lea dan pasukannya berhasil membebaskan Raja dan Pangeran serta tawanan lain. Mereka balas menyerang para pemberontak tanpa perlawanan berarti. Bukan kepalang marahnya Perdana Menteri, dia menarik keluar pedangnya, siap bertempur melawan Pangeran Astra dan Putri Lea. Mereka bertarung, walau sudah tua tapi kecekatan Perdana Menteri tidak boleh diremehkan. Sebagai Jendral perang yang hebat dia memiliki keahlian bertarung yang sangat bagus. Pangeran dan Putri tampak berjuang melawan, tak menyerah. Pertarungan yang berlangsung segit akhirnya terhenti ketika Putri Lea berhasil melukai tangan Perdana Menteri hingga ia menjatuhkan pedangnya dan Pangeran Astra langsung menaruh ujung pedangnya dileher Perdana menteri.
“Menyerahlah Perdana Menteri.” Kata Pangeran Astra dan Perdana Menteri langsung berteriak kesal. Dia menjatuhlan dirinya. Berlutut. Raja berkata pada Perdana Menteri.
“Kalio, kamu orang yang hebat hanya saja ambisi telah membutakanmu.” Raja terlihat sedih.
“Maafkan hamba Raja, hamba khilaf.” Perdana Menteri meminta maaf dan menangis, Raja menjadi iba dan mendekati Perdana Menteri. Perdana Menteri bangkit dan tanpa disadari, dia mengeluarkan belati dari dalam bajunya, berteriak dan menyerang kearah Raja yang berada didepannya. Pangeran Astra bertindak cepat segera menghalau Raja tapi dia jadi tak sempat menghindar. Belati itu mengenai punggungnya. Cinderella segera mengeluarkan belatinya dan menghujam lengan Perdana Menteri, begitu pula Putri Lea yang langsung menusuk punggung Perdana Menteri menembus sampai kejantungnya. Putri Lea segera mendekati Pangeran, pisau belati itu masih menancap punggung Pangeran. Tampak darah yang bukan merah tapi hitam. Belati itu beracun. Betapa licik Perdana Menteri. Putri Lea segera berteriak memanggil tabib, menyuruh menyelamatkan nyawa Pangeran. Cinderella menangis disamping suaminya. Raja tampak terpukul.

Dua bulan sudah berlalu. Pangeran Astra tidak bisa diselamatkan nyawanya. Racun yang melukainya adalah racun ganas. Raja yang sedih memutuskan turun tahta. Merasa tak mampu menjaga kerajaan, bahkan anaknya pun tak bisa dijaganya. Cinderella yang kala itu ternyata sudah mengandung anak pangeran tidak mau menjadi ratu. Dia merasa tidak pantas dan memaksa Putri Lea saja yang naik tahta. Raja juga setuju karena pengabdian dan berkat Putri Lea pulah kerajaan bisa selamat. Putri Lea pun naik tahta dan berjanji akan menjaga kerajaan.

“Kak, sesuai janjiku, Cinderella dan anakmu akan kujaga. Anakmu nanti lah yang akan mengwarisi kerajaan ini. Jangan khawatir aku tidak akan menikah. Sebenarnya aku harus mengakui kalau pilihan Kakak tidak salah, kalau aku jadi Kakak aku tentu juga akan memilih dia menjadi istri. Sayangnya aku keduluan oleh Kakak.” Ratu Lea tersenyum. Dia berada disamping makam Pangeran Astra.
“Tenanglah Kak, aku akan memberikan segenap jiwa ragaku untuk melindungi Cinderella. Menjaganya seperti yang selalu Kakak lakukan.”
Dari jauh tampak Cinderella datang dengan perut yang sudah mulai tampak membuncit. Dia tersenyum dan menghampiri Lea.
“Sedang mengobrol dengan Pangeran?” Lea mengangguk.
“Ya, aku berkata padanya untuk tenang. Aku berjanji akan menjaga dan melindungimu seperti yang selalu Kak Astra lakukan.” Mendengar itu Cinderella tersenyum. Dia meraih tangan Lea dan mengenggamnya.
“Terimakasih karena tak membiarkan aku sendirian.” Bisik Cinderella. Keduanya menaburkan bunga dimakam Pangeran Astra. Lea membantu Cinderella bangkit dan keduanya pun berjalan kembali kedalam istana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar