Hidup di istana megah, menjadi istri
dari pangeran tampan tentu menjadi impian banyak gadis dan Cinderella salah
satu gadis yang telah mewujudkan impian itu. Hanya dalam sehari hidupnya
berubah total. Ibu Peri baik hati telah membuat Cinderella bertemu calon suami
yang juga baik hati. Betapa sempurnanya hidup Cinderella. Benarkah demikian?
Mari kita jenguk sang Putri yang kini telah tinggal di istana.
Dengan kamar yang luas tak bisa
dibandingkan dengan kamar di loteng juga pelayan yang banyak, Cinderella tak
perlu lagi sibuk mengerjakan pekerjaan rumah atau melaksanakan perintah sang
Ibu tiri. Tapi kebosanan cepat menjalar dihati Cinderella. Dia telah terbiasa
bergerak dan bukan diam untuk dilayani. Pernah sekali Cinderella ingin memasak
untuk sang Pangeran, suaminya. Tapi ketika menginjakan kaki di dapur, para
pelayan dan koki terkejut bukan kepalang. Mereka membungkuk sopan bertanya dan
mengerutkan dahi mendengar apa yang ingin Cinderella lakukan. Kepala koki
berkata dengan sopan kalau memasak untuk Pangeran dan keluarga kerajaan adalah
tanggung jawabnya, bagaimana bisa ia membiarkan istri Pangeran yang memasak.
“Demi keselamatan hamba dan pelayan yang lain, sebaiknya Putri biarkan kami
melaksanakan kewajiban kami seperti biasanya.” Meski terdengar sopan tapi
Cinderella bisa merasakan kesinisan kepala koki. Tak ingin memperpanjang
masalah, Cinderella memilih menurut dan meninggalkan dapur istana.
Cinderella kembali berjalan menyusuri
istana. Dibelakangnya dua dayang istana mengikuti dengan setia. Waktu pertama
kali dia selalu diikuti, Cinderella protes dan mengeluh pada suaminya. “Mereka
hanya ingin menjaga dan membantumu, sayang. Itulah tugas mereka.” Kata pangeran
waktu itu.
“Tapi saya tak ingin diikuti terus
menerus. Kasihan mereka harus mengikuti saya selama seharian.”
“Kamu memang istriku yang baik hati.
Tapi biarlah mereka mengikutimu sayang. Aku tak ingin kamu tersesat di istana
ini.” Dan tentu saja Cinderella menurut. Dia tak ingin suaminya khawatir. Istana
memang luas dan Cinderella akhirnya mengakui suaminya benar. Berulang kali
Cinderella tersesat dan berulang kali pula kedua dayang itu menunjukan arah
yang benar. Cinderella akhirnya terbiasa diikuti, dia hanya merasa jengah
karena kedua dayang itu tidak mau berjalan disampingnya. Tidak sopan menurut
mereka berjalan disamping istri Pangeran. Jadinya mereka tetap berjalan
dibelakang Cinderella.
“Hai, kamu pasti istri Kak Astra.” Suara
itu mengejutkan Cinderella. Sesosok wanita yang cantik dan wajah yang tegas
tapi tampak riang berdiri dihadapan Cinderella. Dia mengenakan pakaian perang
pria yang lambang kerajaannya menunjukan kalau dia adalah anggota kerajaan sama
seperti milik Pangeran. Dan ketika wanita itu menyebut nama suaminya,
Cinderella juga tahu pasti dia adalah Putri Lea, adik suaminya yang baru pulang
dari perbatasan kerajaan.
“Iya, saya Cinderella, Putri Lea.”
Cinderella membungkuk hormat.
“Ah...pasti Kak Astra telah bercerita
tentangku. Senang berjumpa dengan Kakak ipar.” Putri Lea mengangkat tangan
kanan Cinderella, dia membungkukan kepala dan mencium punggung tangan
Cinderella.
Malamnya mereka makan bersama. Raja
tampak sumeringah Putrinya telah pulang. “Kamu tahu Cinderella, sekian tahun
saya merasa tak memiliki anak perempuan dan ketika kamu datang ke istana ini
barulah saya tahu bagaimana rasanya memiliki anak perempuan.” Raja terkekeh.
“Ayah, kita sedang makan malam. Bukankah
ada lain waktu untuk mencurahkan isi hati Ayah.” Putri Lea langsung protes. Dia
tahu Raja sedang menyindirnya.
“Hei Dik, seharusnya kamu merasa
bertanggung jawab akan apa yang dirasakan Ayah.” Pangeran Astra malah ikut
menyindir Putri Lea. Putri Lea tak menanggapi perkataan Pangeran, dia malah
memandang kearah Cinderella. “Kakak ipar, coba Kakak ipar pikirkan bagaimana
aku bisa bersikap seperti Putri yang lemah lembut ketika selagi bayi Ibu sudah
tiada dan besar dengan mengikuti Kakak yang diajarkan ilmu pengetahuan dan ilmu
bela diri. Juga seorang Ayah yang giat mengajari memanah dan menggunakan
pedang. Ayah dan Kakak adalah panutanku.” Pandangan Putri Lea yang semula
berada di Cinderella kini beralih ke Pangeran dan Raja. Raja dan Pangeran lalu
saling memandang dan tertawa lebar. Putri Lea menyeringai puas melihat Ayah dan
Kakaknya kehabisan kata. Hanya Cinderella yang kebingungan harus berbuat apa.
“Kadang lelaki harus dibungkam dengan
kata yang tepat.” Putri Lea mengedipkan mata dan berbisik pada Cinderella.
Bukankah kisah indah hanya ada di
dongeng? Tapi sebenarnya dongeng tak selalu indah, hanya saja si pencerita
sengaja mengakhiri dongeng tepat dibagian indahnya saja. Seperti hari ini,
Perdana Menteri mengumpulkan pejabat istana yang memang haus kekuasaan dan
kekayaan. Perdana Menteri sengaja tak memanggil pejabat yang setia pada Raja.
“Kita semua bisa melihat apa yang
dilakukan Pangeran, Putra Mahkota kerajaan kita. Dia menikahi rakyat jelata.
Sudah sebulan dan kerajaan lain malah menjauhi kerajaan kita. Ini buruk saudara
– saudara. Kerajaan Selatan bahkan menaruh marah pada kerajaan kita, Pangeran
menolak begitu saja Putri kerajaan Selatan. Dan dia malah menikahi gadis yang
entah dari mana asal usulnya, bahkan darah bangsawan pun tidak mengalir didarah
gadis itu.” Perdana Menteri memusatkan pandangan pada Menteri Abu. “Dan sangat
disayangkan sekali Pangeran menolak Putri anda yang cantik jelita. Jelas –
jelas anda adalah seorang bangsawan yang terhormat.” Perkataan Perdana Menteri
mengena, Menteri Abu langsung terbakar amarah.
“Ya, anda benar. Apa jadinya jika
Pangeran naik tahta dan rakyat jelata itu menjadi Ratu? Kerajaan lain pasti
akan menertawai kerajaan kita. Ini tidak bisa dibiarkan.” Seruan bersambut,
Perdana Menteri berhasil memanaskan acara.
“Jangan biarkan Pangeran naik tahta,
kita harus bertindak.” Maka hari itu kudeta pun direncanakan.
Putri Lea berjalan dengan raut kesal
dari ruang belajar. Dia baru saja berbicara dengan Ayah dan Kakaknya.
Menceritakan tentang kecurigaannya terhadap Perdana Menteri. Tapi Raja dan
Pangeran malah tak percaya, mereka menyebut Putri Lea terlalu curiga. Kerajaan
begitu damai tak mungkin Perdana Menteri berniat jahat. Putri Lea menceritakan
alasan kecurigaannya, tapi tetap tak didengar. Karena itulah Putri Lea langsung
keluar dengan raut kesal. Tanpa memperhatikan jalan Putri Lea tak sengaja
menabrak Cinderella yang memang sedang menuju ruang belajar.
“Ah...maaf, maafkan saya. Apa Putri
tidak apa – apa?” Cinderella langsung meminta maaf. Putri Lea meringis.
“Seharusnya akulah yang meminta maaf
Kakak ipar.” Putri Lea bangkit dan membantu Cinderella bangkit juga. Kedua
dayang Cinderella berdiri salah tingkah, tak tahu harus berbuat apa.
“Apakah Kakak ipar tidak merasa risih
dengan dua penguntit itu?” Mendengar bisikan Putri Lea, Cinderella tertawa
kecil.
“Sangat. Tapi Pangeran tak mengizinkan
saya berkeliaran tanpa mereka.” Cinderella juga ikut berbisik. Kedua dayang itu
tambah bingung mendapati dua Putri sedang berbisik.
“Mari aku ajarkan trik agar tak dikuntit
lagi.” Setelah berbisik demikian, Putri Lea berdiri tegap dan berkata dengan
tegas, “Apa yang kalian lakukan melihat Putri Cinderella terjatuh? Hanya diam?
Cepat bertindak! Kamu, ambilkan obat dan kamu, bawa tabib kesini. Ayo, tunggu
apa lagi!!!” Teriakan Putri Lea membuat kedua dayang itu berlari dengan gugup
melaksanakan perintah. Setelah kedua dayang itu tak terlihat lagi, Putru Lea
mengulurkan tangan pada Cinderella.
“sebaiknya kita segera kabur sebelum
mereka datang membawa obat dan tabib.” Cinderella mengangguk dan menerima
uluran tangan Putri Lea. Mereka berlari meninggalkan teras depan ruang belajar.
Mereka sekarang berada di istal kuda
yang berada dihalaman belakang kerajaan. Putri Lea mengajak Cinderella duduk
diatas jerami.
“Bolehkan aku memanggil Kakak ipar
dnegan nama saja? Cinderella?”
“Tentu saja boleh Putri Lea.”
“Kalau begitu panggil aku dengan Lea,
tanpa Putri. Bagaimana Cinderella?”
“Baiklah, Lea.” Cinderella mengangguk.
Senang mendapat teman baru juga senang terbebas dari sopan santun kerajaan.
“Cinderella, jika aku mencurigai Perdana
Menteri berniat jahat, apakah kamu akan percaya?” Pertanyaan Putri Lea membuat
Cinderella berpikir dan menjawab dengan ragu.
“Saya tidak begitu mengenal Perdana
Menteri. Saya tidak bisa langsung bilang percaya pada Put, maksud saya pada
Lea. Tapi saya juga tidak bisa bilang kalau Lea berbohong. Kamu pasti punya
alasan mengapa mencurigai Perdana Menteri.” Jawaban Cinderella membuat Lea
tersenyum.
“Terimakasih Cinderella, kamu tak
menganggap ceritaku hanya bualan. Perdana Menteri orang yang ambisius. Dulu dia
Jendral perang yang hebat. Dia ingin membuat kerajaan meluas tapi tidak dengan
Ayah. Ayah adalah Raja yang cinta damai. Beliau tidak ingin berperang dan
membuat kematian untuk para prajuritnya dan tangisan pilu keluarga yang menanti
dirumah. Maka Ayah menghentikan perang yang telah berlangsung lama ketika
belian naik tahta. Jendral perang tidak setuju, tapi Ayah adalah Raja. Tihtah
Raja adalah mutlak maka dia pun harus mematuhi. Demi mencegah kemarahan Jendral
perang, Ayah pun mengangkatnya menjadi Perdana Menteri. Memberi kekuasaan yang
banyak tapi sepertinya itu belum cukup untuk dia.” Putri Lea menghela napasnya
dan kembali bercerita. “Ambisi Perdana Menteri untuk memperluas kerajaan tak
pernah berhenti. Dia mengusulkan perjodohan antara Kak Astra dengan Putri
kerajaan Selatan. Dengan itu maka kerajaan kami akan semakin besar, itu katanya
kala itu. Tapi Kak Astra menolak, Kak Astra ingin menemukan sendiri pasangan
hidupnya. Perdana Menteri marah, dia bilang kemarahannya hanya masalah kecil
tapi penolakan Kak Astra akan menyebabkan kemarahan besar kerajaan Selatan.
Mungkin mereka akan mengumandangkan perang. Karena kata – katanya itu, aku
memutuskan untuk pergi keperbatasan kerajaan.”
“Apakah Raja dan Pangeran mengizinkanmu
pergi menghadapi bahaya seperti itu?” Cinderella tiba – tiba memotong cerita
Lea. Lea sama sekali tak tersinggung, dia malah menjawab pertanyaan Cinderella
dan kembali bercerita.
“Tentu saja mereka tak akan mengizinkan
kalau tahu aku mau keperbatasan. Aku pergi diam – diam, membawa prajurit
kepercayaan. Ayah dan Kak Astra baru tahu aku kemana setelah membaca surat yang
kutitipkan pada menteri kepercayaan Ayah. Aku dengan tegas menulis melarang
mereka untuk menyusul. Aku berjanji akan menyelesaikan masalah dengan kerajaan
Selatan dan meminta Kak Astra mencari wanita impiannya.”
Selagi Putri Lea dan bercerita, di
istana telah terjadi kudeta. Pasukan pembelot menangkap Raja dan Pangeran yang
sama sekali tak menyangka akan ada pemberontakan. Menteri – menteri yang setia
juga ikut ditangkap. Dalam waktu cepat Perdana Menteri menguasai kerajaan. Yang
lemah hanya bisa diam dan patuh dengan perintah Perdana Menteri. Siisi istana
tahu betapa kejam Perdana Menteri, kalau tak menurut tentu nyawa taruhan mereka.
Contohnya sudah ada, Jendral Amaki melawan dan kepalanya sekarang tak lagi
menyatu dengan tubuhnya. Pangeran dan Raja dijebloskan ke penjaran bersama
menteri – menteri yang setia. Putri Lea baru tahu kabar pemberontakan ketika
Jendral Ataki, anak Jendral Amaki yang berhasil melarikan diri memberitahu
Putri Lea.
“Kurang ajar Perdana Menteri, bisa –
bisanya dia melakukan pemberontakan.” Putri Lea langsung marah. Dia tak
menyangka secepat ini hal yang ditakutkannya terjadi.
“Kita tidak bisa bertindak gegabah
Putri. Raja dan Pangeran menjadi tawanan mereka.” Jendral Ataki meminta Putri
Lea tenang. Cinderella yang khawatir akan keselamatan suami dan mertuanya kagum
melihat ketenangan Jendral Ataki yang Ayahnya telah tiada.
“Ya, kita harus membalas. Kumpulkan
pasukan setia yang berhasil meloloskan diri. Kita buat strategi untuk menghajar
balik para pemberontak.” Putri Lea yang cerdik pun kembali tenang dan mengatur
siasat.
Didalam istal istana yang tak diduga
Perdana Menteri sebagai tempat persembunyian Putri, telah berkumpul kepala
pasukan yang setia. Putri Lea pun menjelaskan strateginya. Meminta setiap
kepala pasukan memimpin prajuritnya. Bertindak hati – hati dan jangan sampai
lengah.
“Cinderella, apakah kamu siap menjadi
umpan untuk siasat kita?” Lea bertanya sekali lagi pada Cinderella, dan
Cinderella mengangguk tanpa ragu. Dari awal Lea sudah menceritakan strateginya
yang melibatkan Cinderella sebagai umpan dan Cinderella sangat bersedia
membantu. Maka strategi malam ini akan langsung dilaksanakan. Sebelum
berangkat, Putri Lea membekali Cinderella dengan belati.
“Simpan lah ini di dalam gaunmu. Berhati
– hatilah. Aku akan sangat menyesal jika terjadi sesuatu pada mu Cinderella.”
“Saya akan berhati – hati. Saya yakin
kamu akan melindungi saya.” Cinderella menaruh kedua tangannya di pipi Lea,
tersenyum dan memberikan semangat. “Kamu pasti bisa menyelamatkan kerajaan ini.”
Putri Lea tersenyum dan mengangguk yakin.
Cinderella mengendap masuk ke dalam
istana. Menghindari prajurit yang sedang berjaga. Tapi prajurit penjaga melihat
gerakan aneh dan menangkap basah Cinderella. Dia dan teman – temannya pun
langsung mengepung Cinderella. Membawa Cinderella kehadapan Perdana Menteri.
Perdana Menteri pun tertawa senang.
“Coba katakan apa siasat Putri Lea?
Sengaja membiarkanmu tertangkap hingga aku menjebloskanmu kepenjara yang sama
dengan Pangeran dan Raja?”
“Ba....ba...gai..bagaimana...kamu tahu?”
Cinderella bertanya gugup.
“Anak ingusan ingin mengelabuiku?
Cih....kalian akan segera mati ditanganku.”
“Kamu tidak akan berani, membunuhku
berarti membunuh rakyat. Rakyat akan marah dan memberontak.” Cinderella berkata
dengan berani. Perdana Menteri memicingkan mata dan melihat Cinderella, lalu
dia tertawa terbahak – bahak.
“Kamu pikir ancamanmu membuat aku takut?
Tidak akan ada yang berani melawanku, bahkan rakyat jelata seperti kalian.”
“Kamu tak akan berani!” Walau berkata
dengan tegas tapi wajah ketakutan Cinderella membuat Perdana Menteri makin
senang. Dia menyuruh para prajurit mengumpulkan semua rakyat untuk berkumpul
dilapangan tak peduli malam sudah larut. Dia menyeret Cinderella yang telah
diikat mulut ke atas panggung istana. Menunggu hingga semua rakyat menunggu
dilapangan.
“Hai rakyatku, hari ini aku akan
menunjukan kematian seorang pemberontak. Dengan lihai dia telah memperdaya
Pangeran dan Raja hingga menyebabkan mereka tewas. Cinderella, rakyat jelata
yang telah dipersunting Pangeran tapi tak tahu berterimakasih. Malam ini,
kematiannya akan menjadi balas dendam untuk rasa keadilan.” Ucapan Perdana
Menteri membuat rakyat bergumam saling bertanya apakah ini benar.
“Lihat saja Pangeran dan Raja tak muncul,
mereka telah tiada. Bahkan Putri Lea pun menjadi gila hingga tidak berani
muncul disini. Keadilan, bukankah itu yang selalu kita junjung tinggi
dikerajaan kita.”
“Ya, Keadilan! Bunuh penjahat itu.”
“Bunuh Cinderella.” Suara rakyat
bersautan. Kata – kata Perdana Menteri telah termakan oleh rakyat.
“Dia bohong. Pangeran dan Raja belum
tewas, dia lah pemberontak yang ingin menguasai kerajaan.” Putri Lea telah
muncul dan menodongkan pedang kearah Perdana Menteri.
“Ah, Putri Lea. Sungguh tragis nasibmu
Nak. Kamu telah menjadi gila akibat kematian Pangeran dan Raja. Kamu bahkan
berhalusinasi mereka belum meninggal.” Dengan wajah sedihnya yang membuat Putri
Lea jijik, Perdana Menteri membuat sandiwara. Dengan Cinderella yang masih
ditangannya, Perdana Menteri tahu Putri Lea tidak akan berani menyerang. Tapi
perkiraan Perdana Menteri salah. Dia terlalu fokus pada Putri Lea hingga tidak
tahu Pangeran datang dan segera menarik Cinderella dari tangan Perdana Menteri.
Terkejut mendapati Pangeran bebas membuat Perdana Menteri berang. Dia telah
termakan siasat Putri Lea. Putri Lea memang sengaja menyuruh Cinderella
tertangkap dan menghasut hingga Perdana Menteri membawanya ke panggung istana.
Para prajurit pemberontak pun mengawasi lapangan hingga lengah mengawasi penjara.
Dengan cepat Putri Lea dan pasukannya berhasil membebaskan Raja dan Pangeran
serta tawanan lain. Mereka balas menyerang para pemberontak tanpa perlawanan
berarti. Bukan kepalang marahnya Perdana Menteri, dia menarik keluar pedangnya,
siap bertempur melawan Pangeran Astra dan Putri Lea. Mereka bertarung, walau
sudah tua tapi kecekatan Perdana Menteri tidak boleh diremehkan. Sebagai
Jendral perang yang hebat dia memiliki keahlian bertarung yang sangat bagus.
Pangeran dan Putri tampak berjuang melawan, tak menyerah. Pertarungan yang
berlangsung segit akhirnya terhenti ketika Putri Lea berhasil melukai tangan
Perdana Menteri hingga ia menjatuhkan pedangnya dan Pangeran Astra langsung
menaruh ujung pedangnya dileher Perdana menteri.
“Menyerahlah Perdana Menteri.” Kata
Pangeran Astra dan Perdana Menteri langsung berteriak kesal. Dia menjatuhlan
dirinya. Berlutut. Raja berkata pada Perdana Menteri.
“Kalio, kamu orang yang hebat hanya saja
ambisi telah membutakanmu.” Raja terlihat sedih.
“Maafkan hamba Raja, hamba khilaf.”
Perdana Menteri meminta maaf dan menangis, Raja menjadi iba dan mendekati
Perdana Menteri. Perdana Menteri bangkit dan tanpa disadari, dia mengeluarkan
belati dari dalam bajunya, berteriak dan menyerang kearah Raja yang berada
didepannya. Pangeran Astra bertindak cepat segera menghalau Raja tapi dia jadi
tak sempat menghindar. Belati itu mengenai punggungnya. Cinderella segera
mengeluarkan belatinya dan menghujam lengan Perdana Menteri, begitu pula Putri
Lea yang langsung menusuk punggung Perdana Menteri menembus sampai
kejantungnya. Putri Lea segera mendekati Pangeran, pisau belati itu masih
menancap punggung Pangeran. Tampak darah yang bukan merah tapi hitam. Belati
itu beracun. Betapa licik Perdana Menteri. Putri Lea segera berteriak memanggil
tabib, menyuruh menyelamatkan nyawa Pangeran. Cinderella menangis disamping
suaminya. Raja tampak terpukul.
Dua bulan sudah berlalu. Pangeran Astra
tidak bisa diselamatkan nyawanya. Racun yang melukainya adalah racun ganas.
Raja yang sedih memutuskan turun tahta. Merasa tak mampu menjaga kerajaan,
bahkan anaknya pun tak bisa dijaganya. Cinderella yang kala itu ternyata sudah
mengandung anak pangeran tidak mau menjadi ratu. Dia merasa tidak pantas dan
memaksa Putri Lea saja yang naik tahta. Raja juga setuju karena pengabdian dan
berkat Putri Lea pulah kerajaan bisa selamat. Putri Lea pun naik tahta dan
berjanji akan menjaga kerajaan.
“Kak, sesuai janjiku, Cinderella dan
anakmu akan kujaga. Anakmu nanti lah yang akan mengwarisi kerajaan ini. Jangan
khawatir aku tidak akan menikah. Sebenarnya aku harus mengakui kalau pilihan
Kakak tidak salah, kalau aku jadi Kakak aku tentu juga akan memilih dia menjadi
istri. Sayangnya aku keduluan oleh Kakak.” Ratu Lea tersenyum. Dia berada
disamping makam Pangeran Astra.
“Tenanglah Kak, aku akan memberikan
segenap jiwa ragaku untuk melindungi Cinderella. Menjaganya seperti yang selalu
Kakak lakukan.”
Dari jauh tampak Cinderella datang
dengan perut yang sudah mulai tampak membuncit. Dia tersenyum dan menghampiri
Lea.
“Sedang mengobrol dengan Pangeran?” Lea
mengangguk.
“Ya, aku berkata padanya untuk tenang.
Aku berjanji akan menjaga dan melindungimu seperti yang selalu Kak Astra
lakukan.” Mendengar itu Cinderella tersenyum. Dia meraih tangan Lea dan
mengenggamnya.
“Terimakasih karena tak membiarkan aku
sendirian.” Bisik Cinderella. Keduanya menaburkan bunga dimakam Pangeran Astra.
Lea membantu Cinderella bangkit dan keduanya pun berjalan kembali kedalam
istana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar