Serpihan kata, coretan kalimat, lukisan kisah, bertaburan dan berdentam mengukir cerita tentang detak jantung terkasih.
Kamis, 17 Maret 2011
Kota Kenangan I
Kirana mematikan mesin mobilnya. Dia turun dari mobil dengan anggun. Setiap pasang mata memandang saat Kirana melangkah masuk ke lobi hotel. Decak kagum dan pandangan penuh hasrat dihadiahkan untuk kedatangannya.
"ada yang bisa saya bantu mbak?" resepsionis hotel bertanya dengan sopan. Bahkan wanita pun mengagumi kecantikan Kirana.
"saya sudah memesan kamar dua hari yang lalu. Atas nama Kirana Anggraini." resepsionis itu meneliti daftar tamu. Setelah menemukan nama Kirana, resepsionis itu menyerahkan kunci dan mengucapkan kata semoga Kirana merasa nyaman di hotel ini. Kirana melangkah ke dalam lift. Dia menolak bantuan bellboy, karena dia hanya membawa koper kecil dan tas tangan. Tanpa memperdulikan tatapan penuh kagum orang-orang, Kirana naik kelantai atas menuju kamarnya berada.
Kirana menghempaskan badannya diatas tempat tidur. Helaan napasnya yang kuat membuat Kirana terlihat sangat letih. Kota ini, kota yang penuh kenangan. Kirana sebenarnya enggan menginjakan kakinya lagi disini. Terlalu banyak kenangan pahit yang membuat Kirana merasakan kekelaman yang sangat. Jasmine...nama yg sanggup membuat debaran jantung Kirana berdenyut tak menentu. Dua tetes air mata membasahi pipi mulus Kirana. Kenangan yang ingin dilupakannya malah datang dan bagai film yang diputar dalam otaknya.
5 Tahun yang Lalu
"Nana sayang, jangan ngambek gitu dong. Mimin janji deh besok kita benar-benar pergi kepantai." Jasmine membujuk Kirana yang cemberut.
"Mimin jahat. Kan acaranya cuma sampe hari ini za. Besok mana ada lagi."
"xory sayang. Maaf ya. Aku juga gak mau keadaannya seperti ini sayang. Tapi Nana tau sendiri kerjaan aku tu memang kayak gitu. Please....jangan marah ya sayang." melihat wajah memelas Jasmine, Kirana luluh juga. Bagaimana pun dia mengerti pekerjaan Jasmine yang selalu menuntut banyak waktu.
"besok aku benar-benar cuti. Jadi aku bakal nemenin Nana seharian."
"janji ya. Awas kalo bohong lagi."
"janji! Aku bakal matiin handphone supaya gak da yang bisa hubungin aku." Nana akhirnya tersenyum. Dipeluk dan diciumnya pipi Jasmine.
Hari itu Jasmine mengenakan kemeja putih dan celana jins yang membuat tampilannya semakin macho. Kirana berseri-seri memandangi Jasmine.
"Nana manis, ayo kita berangkat tuan putri." Jasmine membungkukkan badannya dan mempersilahkan Kirana masuk kedalam mobil. Kirana terkikik geli.
"Mimin lebay. Tapi ganteng." Jasmine tersenyum mendengar ucapan Kirana. Dicubit pelan pipi Kirana. Hari itu mereka jalan-jalan mengelilingi kota dengan gembira. Waktu langit sudah gelap dan diganti dengan terang lampu jalanan, Jasmine memarkir mobilnya ditepi jalan. Jalanan terlihat sepi.
"senang sayang?"
"seneng banget. Makasih ya sayang." Kirana mendaratkan kecupan lembut dipipi Jasmine. Jasmine tersenyum dan mengangkat tangan Kirana, mengecup lembut jari-jari lentik Kirana.
"bahagia rasanya melihat Nana bahagia. Mimin mau buat Nana selalu tersenyum."
"Nana bahagia karena Mimin. Mimin udah sayang dan cinta Nana. Makasih ya sayang."
"ya sayang. Makasih juga uda mencintai Mimin." keduanya tersenyum lalu menyatukan bibir mereka.
Waktu sudah menunjukan pukul 00.30. Jasmine dengan enggan mengantar Kirana pulang.
"disini aja Min. Biar Nana jalan masuk sendiri." Kirana meminta Jasmine menurunkan dia didepan gang rumahnya yang memang kecil dan mobil tak bisa masuk.
"ya udah. Mimin antar ya."
"gak usah ah. Mimin pulang aja. Udah malem. Besok Mimin harus kerja."
"tapi gang nya sepi banget."
"gak pa-pa. Nana tiap hari lewat gang ini gak kenapa-kenapa kok. Udah ya sayang." Nana mendaratkan kecupan cepat dipipi Jasmine lalu turun dari mobil tanpa sempat Jasmine bantah. Jasmine mengalah tak ikut mengantar Kirana. Dipandangi tubuh kekasihnya yang berjalan memasuki gang. Entah datang dari mana, dua orang lelaki muncul dan menghalangi jalan Kirana. Dari dalam mobilnya, Jasmine bisa melihat kejadian itu. Dia segera turun untuk menolong Kirana.
"Hei! Jangan ganggu dia!" Jasmine membentak marah. Kedua lelaki itu memandangi Jasmine dan terkekeh.
"pahlawannya datang. Eh...cewek nih."
"tak kirain cowok. Mau digoda juga ya neng." tawa kedua lelaki itu membuat Jasmine geram. "Sana pergi. Jangan ganggu kami!"
"Min,udah biarin aja." Kirana berbisik dan menarik tangan Jasmine agar menjauh, tapi kedua lelaki itu malah menghalangi jalan mereka. Dan entah dari mana muncul lagi empat lelaki yang mengepung Jasmine dan Kirana. Belum sempat Kirana berteriak, mereka sudah membekap mulut Kirana dan Jasmine. Jasmine dan Kirana memberontak tapi keenam pemuda itu lebih kuat. Mereka membopong dan memasukan ke dalam mobil Jasmine.
Bersambung...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar