Selasa, 15 Februari 2011

Daun Gugur

aku terhempas dan seolah menghilang.
Inikah kenangan?
Ah...mgkn aku terlalu terlena dan kesenangan.
Kau memilih dan aku... Aku terpaku diam dlm kesunyian.'

Kertas lecek itu masih kusimpan sampai sekarang. Kertas yg sebagian tintanya meluber terkena air,airmata tepatnya. Meski sudah kurapikan tp tetap saja terlihat kerutannya. Setahun,ya setahun sudah sejak surat ini kuterima dalam bentuk remasan yg diselipkan kegenggamanku. Tantra... Kemanakah dirimu?

"lihat! daun diatas pohon itu sudah akan jatuh." Tantra berteriak kegirangan. Aku tersenyum kecil. "liat yang. Liat." dia menarik-narik tanganku. "iya,ni aku lihat kok. Napa sich kok kayaknya excited bgt sama tu daun?" Tantra tak menjawab pertanyaanku. Dia malah diam dan memperhatikan jatuhnya daun itu. Tantra berjongkok lalu memungut daun itu.
"aku suka melihat daun gugur. Rasanya seperti melihat kehidupan."
"kehidupan?" kutatap Tantra dgn kebingungan.
"ya,kehidupan. Daun ini seperti kita. Dia tumbuh dari pucuk kecil lalu membesar dan melebar. Dia membentangkan dirinya melawan angin,melawan hujan lalu jatuh cinta dgn sinar matahari. Ketika telah tua dan menguning dia berpamitan pada teman2nya yg lain. Lalu jatuh dan menghilang." Tantra bercerita tanpa jeda dan aku...aku tertawa. Tantra cemberut,aku segera menghentikan tawaku.
"aku bukan lagi bercanda."
"sorry,sorry. Kamu juga sich. Biasanya gak pernah seserius ini."
"yeee...mang aku gak boleh serius apa." Tantra mencibir dan aku kembali tertawa geli.
"yang,kenapa sich sayang selalu nyebut aku dgn 'kamu'?Apa sayang gak beneran sayang sama aku?" tawaku berhenti,kupandangi Tantra. "aku sayang kamu,sangat sayang. Kamu tahu aku gak bohong." Tantra memandangiku,lalu mengangguk kecil. Dia terlihat tak puas dgn ucapanku.
"Tan,aku sayang kamu. Bagiku tak penting panggilan,yg penting yg ada didalam hatiku." dia memandangiku. Lalu tersenyum. "iya sayang. Aku juga sayang banget sama sayang." dia mengecup cepat pipi ku. Aku agak kaget. Kupandangi sekitarku. Tapi taman terlihat sepi. Melihat muka kagetku, Tantra malah tersenyum nakal. Ah, Tantra... Wanita tampanku. Selalu saja sanggup membuat jantungku berdesir.

Aku berdiri dipintu kost Tantra. Bingung harus melakukan apa. Kuangkat tgn ku utk mengetuk. Tp ku turunkan lg tanganku. Setelah menghela napas panjang,kubulatkan tekad ku. Baru saja tanganku akan menyentuh pintu,pintu itu terbuka. Tantra terlihat kaget.
"loh,sayang kok disini?bukannya hari ini ada acara keluarga?" Tantra langsung memberondong ku dgn pertanyaan. Aku menelan ludah dan menjawab dgn susah payah. "udah selesai acaranya"
"waaah...bagus.kebetulan banget ni aku lagi mau keluar cari makan. Yuk sayang."
"makan dikost aja ya. Aku lagi malas keluar."
"oh...ya udah.sayang tunggu didalam ya.biar aku beli diwarung depan." aku masuk kedalam kamar Tantra. Bau ini,bau yang selalu sama. Bau parfum Tantra dan juga bau keringat Tantra. Aku memandangi sekeliling kamar itu. Tempat tidur dimana kami berciuman dgn mesra dan bercinta sampai kehabisan napas. Kursi tempat Tantra memangkuh ku. Lemari dimana bajuku dan baju Tantra tersimpan. Dinding yg penuh dgn poster yg kami gambar bersama. Terlalu banyak kenangan dikamar ini. Tanpa kusadari air mataku jatuh.
"sayang,ni nasinya.loh sayang kenapa?" mendengar suara panik Tantra,aku segera menghapus airmataku dan menggelengkan kepala.
"sayang kenapa?" Tantra menghampiriku dan diletakan kedua tangannya dipipiku. "gak,aku gak pa-pa."
"jadi kenapa sayang menangis?" aku menatap Tantra. Lalu aku menunduk. Dgn lirih aku berkata, "aku akan menikah."
"hah?" Tantra terkejut. Diangkatnya wajahku agar menatap dirinya.
"sayang bercandakan?" aku diam.
"sayang....sayang..."
"aku akan menikah. Sudah ditetapkan tanggalnya." bagai tercekik,aku berkata pada Tantra. Dia diam. Dilepaskannya tangan dari wajahku. Tak ada pertanyaan dan tak ada juga penjelasan. Tantra terus diam dan tak sekali pun memandangiku. Ketika aku pamit,dia masih tetap diam.

Kukirim undangan pernikahanku. Tapi Tantra sama sekali tak memberi kabar. Hp nya pun tak bisa kuhubungi. Ketika pesta pernikahanku sedang berlangsung. Dia datang. Pandangan matanya seolah kosong. Dia tersenyum,tp terlihat jelas ada kepahitan. Dia menyalamiku,lama. Tanpa berkata dia berlalu. Tidak ada yg dia salami selain aku. Dan kertas itu lecek itu tergenggam rapi dalam tanganku.

Tantra...setahun telah berlalu dan aku telah bercerai. Pernikahanku hampa. Tak ada cinta. Aku memilih utk straight tapi justru pilihan itu mengikatku. Tantra,dia seolah lenyap. Tak ada yg tahu dia ada dimana. Aku berusaha menemukannya,tp hasilnya nihil. Tantra...kumohon pulanglah. Aku mencintaimu sayang.

1 komentar: