Aku hanya wanita biasa dengan penampilan yang biasa saja. Kata teman kerja ku aku kurang memperhatikan penampilan. Ya memang. Rasanya tidak ada gunanya, toh aku ini jelek dan tak berharap punya kekasih. Aku senang hidup seperti ini, tenang, damai dan tak terganggu dengan yang namanya pacaran. Bagi ku itu lah arti hidup sempurna dan seharusnya hidup ku sudah sempurna, seharusnya… tapi dia telah merubahnya, dia membuat hidupku jadi kacau. Namanya Lena. Dia meninggal kemarin pagi karena kecelakan mobil. Aku mendengar kabarnya dari rekan kerja ku, Lena bermaksud menyeberang jalan tapi ternyata ada supir truck yang mabuk dan menabraknya. Dia tewas seketika. Aku tak mengenalnya, yang ku tahu dia bekerja di butik depan toko tempat ku bekerja. Dan sekarang dia ada dihadapan ku, berdiri, bukan dia melayang didepanku. Seharusnya aku menjerit tapi wajahnya yang cantik sama sekali tak membuatku takut.
“oke, kamu sudah mati jadi kenapa datang dan mengganggu aku?”
“oke, kamu sudah mati jadi kenapa datang dan mengganggu aku?”
“Aku tak tahu. Cuma kamu yang bisa melihatku.” Katanya lirih. Wajahnya terlihat pucat. Ini kah yang namanya penampakan? Yang benar saja! Seumur hidup aku belum pernah melihat hantu atau sejenisnya dan aku juga tahu kalau aku tak punya indera keenam. Apa salah ku sehingga bisa melihat roh Lena?
“Apakah tanpa sengaja aku pernah menyakitimu?” Tanya ku pada Lena. Dia mengelengkan kepalanya. Ini makin aneh, jadi mengapa aku dihantui? “Atau mungkin ada suatu hal yang belum kamu laksanakan semasa hidup dan membuatmu tak bisa pergi?” pipinya bersemu merah. “Mungkin” dia menundukan kepalanya dan menjelaskan pada ku. “aku jatuh cinta pada seseorang dan sampai aku meninggal aku belum menyampaikan hal itu padanya.”
“siapa dia? Apa aku mengenalnya?”
“Dia bekerja ditoko yang sama dengan mu.” Ketika kudesak dia untuk menyebutkan siapa orang itu, dia hanya menggeleng dan tak mau bercerita lebih. Lena terlihat malu. Ah… ternyata wanita secantik dia bisa juga malu kalau menyangkut cinta. Tapi tidak ada salahnya membantu dia, hitung – hitung beramal.
“Yang mana?” bisik ku. Aku tak mau dikira orang gila karena berbicara sendiri. Lena menguntit dibelakangku. “Itu, itu…” katanya dengan menggebu – gebu. Aku segera melihat arah yang ditunjuk Lena. Juan? Aku memandang aneh kearah Lena, tapi dia hanya tersenyum. Ya Juan memang keren dan terlihat menarik. Dia juga ramah, tapi dia kan wanita? “kamu lesbian?” dalam keadaan berbisik aku bertanya pada Lena, Lena menggangguk dan tetap memandangi Juan. Aku menelan ludah. Selama ini aku memang tak mempermasalahkan orientasi seksual seseorang, aku cukup fair dengan semua orang tapi mengenal langsung rasanya agak aneh. Lena terlihat cuek meski aku sudah tahu kalau dia seorang lesbian, ya mungkin juga karena dia sudah mati jadi dia tak memperdulikannya. “Dia ganteng ya. Dia juga baik.” Deg…tiba – tiba jantung ku berdebar. Aku memandangi Lena. Dia sedang menatap Juan. Makin lama debaran jantung ku makin cepat. Tidak menyakitkan malah sangat…em…indah. Inikah yang namanya cinta? Tanpa Lena sadari dia telah menyalurkan debaran jantungnya ke jantungku. Pipi ku terasa bersemu merah. Lena terus memandangi Juan.
Aku berbaring terlentang diatas tempat tidur ku. Lena berbaring disamping ku.
“aku jatuh cinta pada nya tepat pada hari itu. Dia tanpa ku minta langsung membantu memugut baju – baju butik yang baru aku ambil dari rumah bos ku. Ketika itu aku barang bawaan ku memang banyak. Saat akan memasuki toko baju – baju ditanganku tanpa sengaja jatuh berserakan. Dia langsung membantuku dan saat menatap matanya lah aku jatuh cinta.”
“Bukan kah itu hanya hal kecil?”
“bagi ku tidak, dia begitu baik.” Aneh, aku sama sekali tak mengerti dengan pemikiran Lena. Bisa saja Juan itu penjahat yang tiba – tiba membantunya. Hal itu terasa konyol bagi ku.
“Kamu belum pernah jatuh cinta, makanya kamu tak tahu rasanya.” Lena seperti bisa membaca pikiran ku. Aku hanya mendengus kesal. “La, bantu aku ya untuk menyampaikan perasaan aku pada Juan.”
“hah? Kamu enggak salah? Bisa – bisa aku dikira orang gila.”
“La, bukan kah kamu sendiri yang bilang kalau mau membantuku? Apa kamu mau aku terus menghantui hidup mu?”
“Jangan mengancam ku.” Aku memberengut kesal, tapi Lena malah terkekeh. “Bukan mengancam. Kamu sich gak konsisten. Kemarin bilang mau bantu, sekarang nolak.”
“Aku akan dikira gila, aku harus menyampaikan rasa cinta dari perempuan yang sama sekali tak kukenal pada seorang wanita juga. Bisa – bisa nanti aku yang dikira lesbian. Aku masih waras.”
“Aku juga bukan orang gila. Lesbian itu bukan penyakit!” Lena terlihat kesal dengan kata – kata ku.
“maaf, aku tak bermaksud begitu. Aku tak ada masalah dengan lesbian maupun homo hanya saja aku bingung harus bersikap seperti apa.”
“ya aku bisa mengerti. Lesbian atau bukan, cinta ini tulus La. Aku mencintai Juan tanpa berharap lebih. Aku hanya ingin dia tahu perasaan ku.” Mata Lena jadi berkaca – kaca dan hal itu membuatku tak tega. Cinta itu ternyata rumit dan juga tak rumit. Oke, aku sendiri juga bingung dengan cinta itu.
Diruang istrirahat, aku memanggil Juan untuk membicarakan sesuatu. Lena berada disampingku. Debaran jantungnya masih mempergaruhi jantungku. Sensasi indah itu kembali masuk kedalam diriku. Semula aku menyuruh Lena untuk masuk saja ketubuh ku, tapi Lena menggeleng, katanya umur ku bisa berkurang karena hal itu, dia sudah cukup merepotkan ku dan dia tak ingin penolongnya mati muda. Juan berdiri dihadapan ku. Kalau dilihat Juan sebenarnya biasa saja, penampilannya yang seperti lelaki memang membuat dia keren, kalau dia lelaki dia mungkin jadi lelaki manis. Lena mencolek bahu ku.
“La, ayo….” Lena menyuruhku untuk segera berkata. Matanya seolah memohon padaku. Aku menarik napas dan siap untuk mengatakan semuanya pada Juan. “em… kamu pasti bingung ya kenapa aku mengajakmu bicara, gini…em kamu kenal Lena? Dia bekerja dibutik yang ada di depan toko kita.”
“ah..ya aku tahu dia. Bukan kah dia baru meninggal? Em…tiga hari yang lalu kalau tidak salah.” Aku mengangguk lalu menjelaskan semuanya pada Juan. Dari pertemuan ku dengan roh Lena sampai cinta terpendam Lena padanya. Juan terlihat kaget, tapi tak ada kemarahan atau rasa tidak percaya.
“aku… terima kasih. Lena ada disinikan? Tolong bilang terima kasih atas cintanya. Aku merasa tersanjung” aku memandang Lena yang berada disamping ku. Matanya berair. Kelegaan nya bisa dia rasakan. “aku tak tahu harus mengucapkan apa lagi. Aku masih ingat ketika aku menolongnya. Ah…ya, terima kasih.”
“Lena mendengarnya dan dia juga bilang terima kasih karena kamu mau mendengar semua ini dan percaya.” Meski Lena tak berkata apa – apa tapi aku bisa merasakan apa yang ingin diucapkan Lena. Lena masih menangis meski Juan telah pergi.
“makasih La, makasih untuk semuanya. Aku tenang sekarang.” Lena tersenyum padaku dan aku membalas senyumnya. “selamat tinggal La.” Perlahan bayangan Lena mengabur. Dia menghilang dari hadapan ku seketika. Lena…semoga kamu damai. Senang bisa mengenalmu.
Oke, sekarang aku akan melanjutkan hidup ku yang damai lagi, sekarang….. tapi mengapa banyak sekali hantu wanita dan pria yang bermunculan dikamar kost ku. Wajah mereka bukan hanya cantik tapi ada juga yang menyeramkan.
“Katanya kamu bisa membantu menyampaikan sesuatu, tolong bilang pada anak ku kalau uangnya disimpan di balik lukisan”
“Tolong bilang pada istri ku aku minta maaf.”
“bantu aku untuk bilang cintaku pada kakak kelas ku”
Aaaaaarggggghhhh…. Kenapa jadi begini???????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar