Senin, 31 Oktober 2011

Venus

Aku sudah begitu terbiasa mencintaimu, terbiasa dicintai oleh mu. Tapi apakah aku akan terbiasa kehilanganmu? Kemanakah kamu pergi? Seolah bumi menelanmu atau apakah alien telah menculikmu. Kita selalu berdebat tentang alien. Kamu percaya dia ada tapi aku malah sebaliknya sayang.
Ingatkah kamu percakapan kita sewaktu selesai menonton Twiligt Saga? Aku masih mengingatnya jelas, sangat jelas.
"eh yang, ada gak ya vampire L didunia ini?" tanyamu waktu itu.
"mungkin ada. Pengen jadi vampire ya?"
"hehehe...nanti kalo aku jadi vampire, sayang aku gigit dulu ya?"
"gak mau ah, sayang kan orang china. Pasti nanti jadi vampire china yang tangannya kedepan terus loncat-loncat."
"hahaha...gak sopan. Awas ya, bener-bener aku gigit nih"
Kamu mengeram dan aku langsung berlari tertawa kesenangan. Tawa ceria mu masih kuingat selalu.
Aku terkurung disini, bahkan cahaya pun tak dapat lagi ku lihat. Sekali dua kali kak Vivi datang menjenguk, aku tahu dia sibuk. Hanya suster dan dokter yang setia menemaniku. Ingin rasanya aku lari dari sini, mencari mu. Tapi kaki ku tak bisa kugerakan. Elang kemanakah dirimu terbang? Lupakah kamu padaku sayang?
Aku benci begini, tak bisa berbuat apa-apa. Hanya menebak-nebak dan terus bertanya tentang kabarmu. Tapi setiap orang yang menjengukku selalu menjawab tak tahu.
Aku takut yang, aku takut semakin lama aku jadi membencimu. Datanglah kemari, jemput dan bawa aku pergi dari tempat ini. Aku tak tahu berapa lama lagi sanggup bertahan.

Di ruangan Dokter;
"Dok, kapan adik saya bisa operasi?"
"kami masih menunggu donor mata. Kita hanya bisa berharap."
"tolong bantu adik saya dok, Venus adik saya satu-satunya" wanita itu terisak.
"saya mengerti. Kami dari pihak rumah sakit akan terus berusaha. Ibu juga jangan menyerah. Venus adik ibu sangat beruntung bisa selamat dari kecelakaan maut itu. Ini sebuah mujizat."
Mendengar itu, wanita tersebut mengangguk dan menghapus airmatanya perlahan.
"terimakasih dok."

Di rumah sakit lain, di negara yang berbeda;
Sehari, dua hari atau mungkin sudah berminggu-minggu aku berbaring di tempat tidur? Aku tak sanggup mengingat. Hari ini aku sadar dan bisa saja sejam atau lima menit lagi aku kembali pingsan. Tubuhku tak bisa bergerak. Semua terasa sakit. Kesakitan yang paling menyiksa ada dikepalaku. Rasanya ada beribu-ribu jarum yang menusuk kepala ini. Aku ingin berteriak, tapi suaraku sama sekali tak bisa keluar. Bertahan hidup dibantu selang-selang serta entah alat bantu apa lagi.
Aku ingin mati saja kalau boleh memilih, tapi jika aku mati bagaimana dengan Venus? Apakah dia baik-baik saja? Tidak, aku tak boleh mati, aku harus bertahan dan mencari Venus. Aku harus bersama kekasih ku lagi.
"Yielang...kenapa sayang"
"ada apa ma?"
"ini mata Yielang bergerak-gerak terus dari tadi pa. Sepertinya ada yang ingin dikatakan."
"mungkin Yielang menyadari kehadiran kita ma."
"iya pa. Yielang...yang kuat ya sayang. Mama dan papa akan menemani sampai Yielang sembuh."
"kamu bisa nak. Kamu kuat seperti elang. Kamu pasti sembuh nak."
Siapa yang berbicara? Terdengar samar-samar tapi suara-suara itu menenangkan kegelisahan ku.