Sabtu, 21 September 2013

Detektif Jomblo


Jadi jomblo itu enggak enak apalagi teman kerjamu semuanya sudah punya pasangan. Bener – bener enggak enak. Ini lagi si Febi dan Riani, pagi – pagi sudah mesra.
“Kerja – kerja. Pacaran mulu.” Aku langsung sewot.
“Ih...Rami enggak usah sewot juga kali. Sana cari pacar biar enggak ngiri.”
“Enak aja, siapa juga yang sewot. Aku tuh cuma nyuruh kamu kerja jangan pacaran mulu. Tu laporan udah numpuk. Lagian mantan klien dilarang menganggu pekerjaan.” Aku menyangkal perkataan Febi tapi sepertinya Febi tahu kalau semua hanya alasanku karena aku bisa melihat seringai senangnya. Aku segera pergi sebelum Febi melontarkan kata – kata yang lebih pedas lagi.

Bagaimana aku tidak sewot, pekerjaanku sebagai detektif yang menuntaskan masalah dikalangan Lesbian malah masih jomblo sampai sekarang. Febi yang kerjanya hanya mencatat laporan klien yang masuk malah sudah punya pacar si Riani yang dulunya klien yang sudah kuselesaikan kasusnya. Kenapa sih Riani tidak mau sama aku? Aku kan butchi keren. Lagian si Febi itu femme dan Riani juga Femme.
“Udah jangan manyun terus, nih ada kasus buat kamu.” Lexa si andro rekan kerjaku menaruh berkas permohonan klien.
“Kenapa sih Femme itu mesti suka sama Femme. Kamu juga kenapa sukanya sama Andro dan Femme? Jadi gimana nasib kami yang Butchi ini? Aku udah satu tahun jomblo Lex. “
“Wei...wei....kok jadi sewot sama aku sih. Makanya kamu berubah gi, jadi andro atau femme kalau perlu.” Aku langsung melotot pada Lexa dan dia malah tertawa senang.
“Kamu sih mau aja digantungin. Udah deh, enggak usah dipikirin. Sana kerja.”
“Gimana enggak aku pikirin Lex. Sama Sinta aku di-php-in. Sama Sarah aku digantung. Sama Nasthasa aku ditolak, sama Keisha aku cuma dianggap temen. Jadi jomblo itu enggak enak Lex. Coba kamu bayangin, kalau aku mati tidak akan ada tersangka karena aku jomblo. Siapa juga yang bakal mencemburui jomblo lalu membunuhnya.” Perkataan panjang lebar ku malah dibalas dengan tawah terbahak – bahak si Lexa.
“Ya ampun blo, blo sampai segitunya bayanginya. Hahaha....”  Kurang ajar nih Lexa, malah ngetawain. Udah ah, mending cabut daripada ditertawakan terus.

Kantor detektif kami memang kecil dan hanya menangani kasus dari kalangan Lesbian ada juga kalangan gay yang meminta bantuan. Meski kecil, kasus tidak pernah sepi ya walaupun kebanyakan hanya kasus sepele. Seperti hari ini, kasus yang kudapat malah sangat sepele. Pantas saja Lexa langsung menyodorkan kasus ini.  Bayangan untuk menggebet klien pun langsung kuurungkan begitu tahu klienku ini sudah ada pasangannya dan mereka tinggal bareng lagi. Pupus sudah anganku mengakhiri masa jomblo.
“Jadi gini, kami sudah beberapa hari ini setiap lewat tengah malam mendengar suara musik yang keras dan itu sangat menganggu tidur kami. Kami tidak tahu siapa yang menyalakan musik sekeras itu. Entah tetangga disamping rumah atau didepan atau dibelakang. Jadinya kami meminta bantuan detektif L untuk menyelidikinya.” Begitu penjelasa klien, sebut saja dia Bunga dan pasangannya Daun.
“Kalian tidak pernah mengecek keluar?”
“Belum. Kan sudah malam, kami takut diluar ada penjahat.” Si daun kali ini yang ngomong.
“Atau ada hantu.” Bunga menambahkan. Oke, ini kasus mudah tapi mengapa pasangan ini sampai menyewa jasa detektif kami sih. Ya, aku tahu aku tidak boleh menolak rejeki tapi kan mana tahu ada kasus dari klien lain yang lebih berpotensi untuk menjadi pacarku. Sayangnya selogan detektif kami adalah menuntaskan masalah klien sekecil apa pun. Ya, jadinya aku harus membantu.

Ku akui tadi aku terlewat sombong. Aku memang mengernyitkan dahi waktu mereka bilang takut pada penjahat atau hantu dan sekarang aku mengalaminya. Gila saja, tengah malam begini aku berdiri diluar seorang diri, menunggu dan menyelediki dari mana datangnya suara musik itu. Angin dingin bertiup, suara longlongan anjing, sepinya malam, wangi melati tiba – tiba tercium. Oh Tuhan, aku memang jomblo tapi tolong aku masih cinta sama manusia, jangan jodohkan aku dengan kuntilanak ataiu sejenisnya. Ketika doaku selesai terdengar lah suara ketawa kuntilanak, eh bukan dink, hehehe....suara musik keras maksudnya. Aku segara sigap, mencari asal suara. Oh...rupanya tetangga belakang yang menyalakan musik . Heran kok enggak ada ya yang bangun buat protes. Kayak kerbau semua tidurnya, lelap banget. Ya kecuali si Bunga da Daun.

Keesokan harinya meski masih mengantuk aku tetap mendatangi rumah Bunga dan Daun untuk melaporkan hasil penyelidikanku. Mereka kelihatan senang mendengar hasil penyelidikanku dan uang seratus ribu diberikan sebagai imbalan. Ya, lumayan, laris – laris.
“Makasih banyak ya Ram, nanti saya mau datangi buat komplain secara baik – baik.” Daun mengucapkan terimakasih begitu juga dengan Bunga. Tiba – tiba saat kami sedang salam –salaman datang seorang wanita yang....wow...cantik.
“Hei...oh lagi ada tamu ya.” Si wanita cantik itu tersenyum padaku. Sebagai jomblo aku langsung sigap, memberikan senyum terbaikku.
“Iya, ini Rami dari Detektif L.  Ram, ini Mawar teman kami” Bunga menyuruh kami berkenalan. Aku langsung menyalami tangan Mawar.
“Mawar.” Katanya dengan lembut. Oh Tuhan, semalam aku mencium wangi melati dan sekarang Engkau mengirim Mawar padaku. Apakah jodohku sudah datang? Oh semoga masa jombloku berakhir ditangan Mawar. Amiin.