Jadi jomblo itu enggak enak apalagi teman kerjamu semuanya sudah
punya pasangan. Bener – bener enggak enak. Ini lagi si Febi dan Riani, pagi –
pagi sudah mesra.
“Kerja – kerja. Pacaran mulu.” Aku langsung sewot.
“Ih...Rami enggak usah sewot juga kali. Sana cari pacar biar
enggak ngiri.”
“Enak aja, siapa juga yang sewot. Aku tuh cuma nyuruh kamu kerja
jangan pacaran mulu. Tu laporan udah numpuk. Lagian mantan klien dilarang
menganggu pekerjaan.” Aku menyangkal perkataan Febi tapi sepertinya Febi tahu
kalau semua hanya alasanku karena aku bisa melihat seringai senangnya. Aku segera
pergi sebelum Febi melontarkan kata – kata yang lebih pedas lagi.
Bagaimana aku tidak sewot, pekerjaanku sebagai detektif yang
menuntaskan masalah dikalangan Lesbian malah masih jomblo sampai sekarang. Febi
yang kerjanya hanya mencatat laporan klien yang masuk malah sudah punya pacar
si Riani yang dulunya klien yang sudah kuselesaikan kasusnya. Kenapa sih Riani
tidak mau sama aku? Aku kan butchi keren. Lagian si Febi itu femme dan Riani
juga Femme.
“Udah jangan manyun terus, nih ada kasus buat kamu.” Lexa si andro
rekan kerjaku menaruh berkas permohonan klien.
“Kenapa sih Femme itu mesti suka sama Femme. Kamu juga kenapa
sukanya sama Andro dan Femme? Jadi gimana nasib kami yang Butchi ini? Aku udah
satu tahun jomblo Lex. “
“Wei...wei....kok jadi sewot sama aku sih. Makanya kamu berubah
gi, jadi andro atau femme kalau perlu.” Aku langsung melotot pada Lexa dan dia
malah tertawa senang.
“Kamu sih mau aja digantungin. Udah deh, enggak usah dipikirin. Sana
kerja.”
“Gimana enggak aku pikirin Lex. Sama Sinta aku di-php-in. Sama Sarah
aku digantung. Sama Nasthasa aku ditolak, sama Keisha aku cuma dianggap temen. Jadi
jomblo itu enggak enak Lex. Coba kamu bayangin, kalau aku mati tidak akan ada
tersangka karena aku jomblo. Siapa juga yang bakal mencemburui jomblo lalu
membunuhnya.” Perkataan panjang lebar ku malah dibalas dengan tawah terbahak –
bahak si Lexa.
“Ya ampun blo, blo sampai segitunya bayanginya. Hahaha....” Kurang ajar nih Lexa, malah ngetawain. Udah
ah, mending cabut daripada ditertawakan terus.
Kantor detektif kami memang kecil dan hanya menangani kasus dari
kalangan Lesbian ada juga kalangan gay yang meminta bantuan. Meski kecil, kasus
tidak pernah sepi ya walaupun kebanyakan hanya kasus sepele. Seperti hari ini,
kasus yang kudapat malah sangat sepele. Pantas saja Lexa langsung menyodorkan
kasus ini. Bayangan untuk menggebet
klien pun langsung kuurungkan begitu tahu klienku ini sudah ada pasangannya dan
mereka tinggal bareng lagi. Pupus sudah anganku mengakhiri masa jomblo.
“Jadi gini, kami sudah beberapa hari ini setiap lewat tengah malam
mendengar suara musik yang keras dan itu sangat menganggu tidur kami. Kami tidak
tahu siapa yang menyalakan musik sekeras itu. Entah tetangga disamping rumah
atau didepan atau dibelakang. Jadinya kami meminta bantuan detektif L untuk
menyelidikinya.” Begitu penjelasa klien, sebut saja dia Bunga dan pasangannya
Daun.
“Kalian tidak pernah mengecek keluar?”
“Belum. Kan sudah malam, kami takut diluar ada penjahat.” Si daun
kali ini yang ngomong.
“Atau ada hantu.” Bunga menambahkan. Oke, ini kasus mudah tapi
mengapa pasangan ini sampai menyewa jasa detektif kami sih. Ya, aku tahu aku
tidak boleh menolak rejeki tapi kan mana tahu ada kasus dari klien lain yang
lebih berpotensi untuk menjadi pacarku. Sayangnya selogan detektif kami adalah
menuntaskan masalah klien sekecil apa pun. Ya, jadinya aku harus membantu.
Ku akui tadi aku terlewat sombong. Aku memang mengernyitkan dahi
waktu mereka bilang takut pada penjahat atau hantu dan sekarang aku
mengalaminya. Gila saja, tengah malam begini aku berdiri diluar seorang diri,
menunggu dan menyelediki dari mana datangnya suara musik itu. Angin dingin
bertiup, suara longlongan anjing, sepinya malam, wangi melati tiba – tiba tercium.
Oh Tuhan, aku memang jomblo tapi tolong aku masih cinta sama manusia, jangan
jodohkan aku dengan kuntilanak ataiu sejenisnya. Ketika doaku selesai terdengar
lah suara ketawa kuntilanak, eh bukan dink, hehehe....suara musik keras
maksudnya. Aku segara sigap, mencari asal suara. Oh...rupanya tetangga belakang
yang menyalakan musik . Heran kok enggak ada ya yang bangun buat protes. Kayak kerbau
semua tidurnya, lelap banget. Ya kecuali si Bunga da Daun.
Keesokan harinya meski masih mengantuk aku tetap mendatangi rumah
Bunga dan Daun untuk melaporkan hasil penyelidikanku. Mereka kelihatan senang
mendengar hasil penyelidikanku dan uang seratus ribu diberikan sebagai imbalan.
Ya, lumayan, laris – laris.
“Makasih banyak ya Ram, nanti saya mau datangi buat komplain secara
baik – baik.” Daun mengucapkan terimakasih begitu juga dengan Bunga. Tiba –
tiba saat kami sedang salam –salaman datang seorang wanita
yang....wow...cantik.
“Hei...oh lagi ada tamu ya.” Si wanita cantik itu tersenyum
padaku. Sebagai jomblo aku langsung sigap, memberikan senyum terbaikku.
“Iya, ini Rami dari Detektif L. Ram, ini Mawar teman kami” Bunga menyuruh kami
berkenalan. Aku langsung menyalami tangan Mawar.
“Mawar.” Katanya dengan lembut. Oh Tuhan, semalam aku mencium
wangi melati dan sekarang Engkau mengirim Mawar padaku. Apakah jodohku sudah
datang? Oh semoga masa jombloku berakhir ditangan Mawar. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar