Jumat, 27 Mei 2011

Memory Blog

Tanpa melepaskan seragamnya, Nala langsung masuk kedalam kamar dan mengunci pintu kamarnya. Dia menghidupkan komputer dan segera berselancar di dunia maya. Tadi malam tanpa sengaja Nala menemukan blog yang menarik dan Nala jadi penasaran.

Happy Anniversary Mei <3

Wuaaaah…..tak terasa uda setahun ya kita bareng. Mei…jangan marah2 aza, ntar keriputnya nambah loh. :D Mei…maaf ya Koko gak pernah nyeritain tentang blog ini ke Mei. Soalnya kadang Koko punya uneg – uneg tentang Mei, tapi Koko gak mau Mei tahu. Koko kadang minder sama Mei. Mei sukses, sedangkan Koko kerjanya masih freelance. Sebagai fotografer freelance ya mesti nunggu ada job baru ada uang, kalo Mei hebat. Jadi asisten manager. Wiih…tapi emang Mei pinter. Koko harus berusaha lebih giat nih agar bisa buat Mei bangga. Mei, Mei…selalu disisi Koko ya, kasih semangat Koko agar terus berjuang. Mei juga ya, tetap semangat. Koko sangat mencintai Mei.

Label : Cinta dan perjuangan

Mei Sibuk

Hahhhh….. Mei, kok Mei selalu sibuk sih? Mei kan udah kerja dari pagi sampai sore, jadi malam waktunya untuk Koko dong. Bukannya malah sibuk melotorin laptop, ketik laporan ini itu. Huff… payah ah Mei. Bukannya Koko egois, tapi Koko ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Mei.
“Cari lah kesibukan lain Ko, jangan hanya menunggu Mei. Koko kan bisa main sama teman Koko atau main basket sama anak – anak kost.” Mei, Mei….tanpa Mei suruh semua itu bisa Koko lakukan, tapi Koko ingin bersama Mei. Dari pagi sampai sore Koko udah sibuk cari Job atau kumpul bersama teman – teman Koko, masak malamnya Koko juga mesti sama mereka lagi. Mereka juga capek Mei, butuh istirahat dan butuh berkumpul bersama keluarga mereka. Mei, luangkan waktu Mei untuk Koko. Koko seharian kangen sama Mei. Apalagi tadi Koko dapat job pemotretan dari subuh sampai mangrib. Capek Mei. Ingin Mei ada disamping Koko.

Label : Capek dan sedih

Kontrakan Baru


Hari ini pindah ke kontrakan baru. Yipieee…. Akhirnya bisa lebih leluasa bersama Mei. Dulu kalau dikost memang sekamar, tapi kalo mau mandi bareng susah, ada anak kost yang lain sih. Eh, tapi enak loh jadi lesbian, tinggal satu kamar juga gak ada yang curiga. Asal suara – suara pas lagi bercinta gak terdengar tetangga kamar sebelah za. Hehehe…. Meski nih rumah Cuma ngontrak, tapi lumayan lah. Mei juga kelihatan happy banget. Ngontrak dulu setelah itu baru beli ya kan Mei. Yups… mudah – mudahan rumah impian kami segera terwujud. Sibuk banget pindah – pindahin barang, untung za banyak teman – teman yang membantu. Ada kejadian lucu waktu kami mau beli meja makan. koko maunya yang bulat tapi Mei mau nya yang kotak, sampai adu mulut di tempat jual perabot. Mungkin karena bingung liat kami, si penjual menawarkan solusi, meja segitiga. Taraaa, jadi lah meja makan kami berbentuk segitiga. Unik kan. Hahaha…. Asik deh bisa punya rumah sendiri. Horeeee….
Label : Rumah baru, Yipiiie…

“Nala, kamu ngak makan nak?” teriakan dari luar menghentikan kegiatan Nala membaca.
“Iya Ma, ini juga mau makan.” Nala lalu mematikan komputernya dan keluar dari kamarnya. “Owalah nak, kok belum ganti baju. Pasti main komputer lagi. Nanti Mama cabut internetnya kalo kamu bandel”
“Ya, jangan dong Ma. Baru juga dipasang. Gak bakal bandel kok Ma.” Nala tersenyum menyakinkan Mamanya. Sang Mama hanya menggeleng kan kepalanya melihat anak bungsunya itu.

Malam hari, Nala kembali membaca blog yang belum selesai dia baca.

Kecewa…. :(

Mei….lagi – lagi ucapanmu menyakiti hati Koko. Kenapa sih Mei tak bisa sabar. Bukan mau Koko juga kan kalau mesti keluar kota. Ini kerjaan Mei. Gak semua yang Mei mau bisa Koko kabulkan. Koko hanya manusia biasa. Mei bilang Koko selalu benci dengan hal yang Mei suka, padahal Koko gak pernah benci. Hanya kadang iri saja. Apalagi kalau Mei sudah excited dengan musik klasik, Koko pasti dicuekin. Mei ngak sadar kalo Mei juga melakukan hal yang sama? Buktinya waktu Koko nonton bola, Mei bilang bakal membuang tivi kita, trus waktu Koko baca Koran bola, Mei juga bilang bakal membakar Koran itu. Kita sama Mei, kita sama – sama cemburu dengan hal yang membuat pasangan kita tertarik. Kita ingin kalau pasangan kita hanya tertarik pada diri kita. Mei….jangan marah – marah melulu. Koko juga ingin hubungan kita baik – baik saja, tapi kalo Mei setiap hari marah – marah, Koko jadi sedih Mei. Mei, :(

Label : Kecewa, sedih

Kerjaan Baru

Tadi Koko pulang dgn hati senang. Sengaja ngak memberitahu Mei kabar gembira ini. nah saat Mei sudah pulang, Koko langsung menyambut Mei dan memeluk Mei. Mei kelihatan heran tapi juga senang. Mei mengecup pelan pipi Koko. “ada pa Ko? Kok kelihatan happy banget?”
“Koko dapat kerjaan tetap Mei. Koko dapat tawaran kerja di majalah Metropolitan Mei. Gajinya gede.” Mengucapkan hal itu seperti meledakkan puluhan kembang api yg menyemarakan suasana. Mei gembira dan Koko juga gembira. Hari itu kami keluar makan direstoran untuk merayakan kerjaan baru ku.

Label : Happy, kerjaan baru

..........

Hati ini tercabik sakit
Terlempar begitu saja dipadang pasir
Panas menyegat membuat darah mongering
Bau amis hati ini mengundang burung bangkai
Para pemakan bangkai itu melahap hati ini tanpa belas kasihan
Hati ini remuk, tercabik – cabik menjadi puluhan keeping
Ini kah derita? Ah…andaikan saja dulu hati ini tak menunjukan diri.

Label : :(

S.E.D.I.H

Koko ingin menjerit Mei. Mengapa Mei berkata seperti itu? Apakah salah Koko perhatian sama Mei? Koko baru tahu kenapa Mei malas – malasan balas sms Koko, ternyata Mei kira Koko sedang mencurigai Mei. Mei, Koko Cuma ingin tahu keadaan Mei, Koko kangen sama Mei. Akhir – akhir ini Koko sibuk dan banyak keluar kota, jadi sebisa mungkin Koko menanyai kabar Mei. Tapi tadi ditelepon Mei marah dan mengangap semua pertanyaan Koko itu karena Koko curiga sama Mei. Mei, pikiran Koko ngak sepicik itu. Tapi ah sudah lah, Mei sendiri yg mematikan telepon dan bilang Mei ingin tidur saja. Mei…Koko sedih apalagi membaca sms Mei setelah mematikan telepon.
Koko tdr ja. Mei capek. Terserah Koko mau blg apa. Koko tdr jg, uda mlm. Mei gak bs tanpa Koko. Koko jgn berpkr aneh2.
Mei…siapa yg berpikir aneh? Ah…kekasihku, mengapa rasa sakit ini masih bisa membuatku mencintaimu.

Label : sedih

Make up artis Baru

Namanya Icha, dia cantik, tinggi seperti model. Mei…kalo Mei melihat dia pasti Mei iri dan Mei suruh Koko jangan dekat – dekat dia. Tapi kami dekat Mei. Dia sering curhat sama Koko. Koko ngak berani nyeritain kedekatan kami, takut Mei marah dan cemburu. Jadi di blog ini aza ya Koko cerita. Icha itu anak sulung. Dia udah didesak orangtuanya merid, jadi ya dia berusaha cari pacar Mei. Eh malah dapat lelaki bajingan yg ternyata playboy. Tapi untung saja Icha segera tau. Dia juga curhat dulunya pengen jadi pramugari atau model, tapi entah kenapa malah jadi tukang make up. Aneh emang Mei.
Oh ya Mei, Koko pernah satu piring, eh tepatnya satu daun berdua sama dia Mei waktu sarapan. Tapi Cuma sekali kok. Koko pagi itu laper banget dan kebetulan dia juga blm sarapan. Jadinya kami sama2 kekantin, eh dikantin cm ada satu bgks nasi. Jadinya ya kami mkn bareng Mei. Mei, maaf… koko bukan selingkuh tapi Koko akui Koko senang lihat dia. Dia baik juga cantik. Tidak Mei, Koko tidak jatuh cinta sama dia, hanya suka aza. Hanya itu Mei.

Label : Galau, pengakuan


Nala melihat jam didinding kamarnya. Sudah pukul satu dini hari. Nala langsung mematikan komputernya. Meski penasaran, Nala lebih memilih tidur karena besok dia harus sekolah.
Sudah seminggu Nala tak membuka blog itu. Dia sibuk dengan tugas – tugas sekolah. Dan akhir – akhir ini Nala lebih tertarik pada facebook. Disana dia bebas dan mengenal orang – orang yang Nala rasa senasib dengannya. Dan malam ini, Nala tiba – tiba teringat dengan blog itu. Lalu Nala membuka blog itu. Ada beberapa note yang belum Nala baca dan sepertinya ada postingan baru. Nala pun membaca postingan baru itu.

Bye – Bye Blog

Selamat tinggal. Sudah Koko putuskan utk menutup blog ini. benar kata Mei, kalo masih ada yg kami sembunyikan maka hubungan kami tak akan berjalan lancar. Maaf blog, Koko harus berpisah. Mulai sekarang Koko akan pindah ke blog baru kami, ya blog Koko dan Mei. Terimakasih sudah menjadi tempat curhat Koko blog. Sayonara….

Label : Tutup blog


Membaca postingan terakhir itu membuat Nala kaget, dia segera mencari postingan lain yang belum sempat dia baca

Sibuk, Sibuk, Sibuk Melulu

Aaaaarrgggghhhh………… MEI!!!!!! Mei anggap apa Koko? Selalu saja sibuk. Kerjaan, kerjaan dan selalu kerjaan. Koko tahu Mei akan dipromosikan jadi manager, tapi sisa kan waktu buat Koko. Pagi sampai sore kerja, malamnya lembur, setelah pulang sudah lelah dan langsung tidur. Mei… Koko tinggal satu rumah sama Mei, tapi rasanya kita ini jauuuuh banget. Hah… Mei, sampai kapan harus begini? Koko tau Mei ingin sukses tapi ngak dgn lupa waktu. Koko takut suatu saat bkn wkt saja, tp Koko juga bakal Mei lupakan.  Mei, tolong luangkan waktu utk Koko.

Label : Marah, sedih

Icha, Dia bukan Siapa – Siapa

Koko ngak ingin selingkuh. Koko cinta Mei, sangat cinta Mei. Tp Koko sedih dgn perlakuan Mei pada Koko. Perhatian Koko Mei anggap curiga, Mei bole sibuk tapi kalau Koko sibuk Mei marah. Mei juga tak mau mendgr setiap penjelasan Koko. Mei…Koko sedih. Koko benci Mei, tapi kenapa Koko masih mencintai Mei. Icha, dia bukan selingkuhan Koko. Ya Koko akui Koko memang suka dia, tapi hanya sebatas itu. Koko Cuma iseng dekatin dia. Koko sumpek dgn pertengkaran kita, jadi Koko ajak Icha keluar waktu Mei lagi sibuk lembur. Kami bukan hanya berdua, ada teman – teman yang lain juga. Jujur Koko akui, Koko kepikiran ingin selingkuh, tapi setiap memandang wajah Mei, Koko tau ngak bakal bisa lakuin itu. Icha memang cantik, tp apa dia bs ngerti Koko? Apa dia bakal cocok dgn Koko?
Koko ngak mau nyakitin Mei. Dan Koko juga capek harus menbangun hubungan cinta lagi. Kalau memang kita gak bisa bersama, Koko mau sendiri aza Mei. Cinta itu ngak gampang dan Koko lelah merasa sakit. Maaf Mei, tapi Koko sangat mencintai Mei.

Label : Selingkuh? Tidak

Pengakuan

Akhirnya Koko mengakui semuanya pada Mei. Koko ceritakan tentang blog ini pada Mei. Koko minta Mei membaca blog ini dan Koko serahkan semuanya pada Mei. Koko sudah lelah hati. Koko mencintai Mei tapi Koko sedih harus merasa sakit. Mei marah, ya Koko tau itu. Dan malam itu kami menangis bersama. Kami butuh intropeksi, itu kata Mei. Ya setiap hubungan memang tak luput dari masalah. Ya kami bicara dari hati kehati. Mei menceritakan jeritan hatinya, Koko juga begitu. Entah berapa lama kami bicara dan menangis, tau – tau esoknya kami terbangun dengan berpelukan.
Sedih, marah, tangis, tawa, bahagia, cinta telah bercampur menjadi satu. Kami menyelesaikan masalah kami dan mungkin bukan masalah terakhir tp setidaknya kami telah berbicara dari hati kehati. Ya mudah – mudahan kami tetap tegar dan kuat menghadapi setiap masalah yang datang.

Label : Pengakuan, tangis dan tawa


Tak ada postingan baru lagi dan ketika esok hari Nala membuka blog itu, blog itu sudah tak ada lagi. Nala juga tak tahu apa blog baru orang itu. Nala tak ingin mencari tahu karena dia menganggap itu terlalu tidak sopan dan menganggu privasi orang lain. Nala melanjutkan hidupnya dan Nala juga berharap penulis blog itu dan kekasihnya bahagia.
“La…Nala…NALA”
“eh apa?”
“Nih anak malah ngelamun. Tu ditanya sama mbak ini kamu mau beli roti apa”
“Oh…sorry. Em..yang rasa coklat dan yang blueberry ya mbak.”
Nala memperhatikan si pelayan membungkus rotinya dan ketika itu sepasang wanita lewat di belakangnya.
“Mei mau makan eskrim Ko.”
“Iya Mei, Koko juga pengen makan eskrim”
Mendengar itu Nala langsung membalikan badannya. Tapi kedua orang itu telah berlalu menyisahkan punggung yang menjauh.
“Siapa La? Kenal?” Nala menggeleng. “Ngak. Salah orang.”

Sabtu, 14 Mei 2011

Gadis Indian


Rea berjalan dengan lesu menyusuri trotoar. Berulang kali dia menghela napasnya. Kenangan tentang Julia bermain didalam benaknya. Julia, wanita yang membuat Rea mabuk kepayang. Apapun akan Rea lakukan demi membahagiakan Julia. Tapi kebahagian itu hanya sesaat, Julia meminta putus dengan alasan ingin menikah. Rea tak kuasa mencegah. Julia wanita begitu pula dengan dirinya. Dia tak bisa menikahi Julia. Rea yang ditinggal Julia merasa sedih yang teramat sangat dan lebih merasa hancur lagi ketika didapatinya Julia sedang menggandeng mesra tangan butchy lain.

Jalan terlihat sepi, suasana seperti itu menambah suram hati Rea.
“nak...beli lah buku ini.” Tiba – tiba seorang nenek menghampiri Rea dan menyodorkan sebuah buku.
“maaf nek...”
“ini buku bagus nak. Hanya tiga puluh ribu saja.” Semula Rea bermaksud menolak tapi ketika dilihatnya wajah kuyuh dan baju compang – camping wanita tua itu membuat Rea terenyuh. Rea pun membeli buku itu.
“terima kasih nak. Semoga buku ini bermanfaat.” Nenek itu lalu berlalu dari hadapan Rea. Rea pun berjalan pulang kerumah kontrakannya. Rea yang tinggal sendiri setelah kepergian Julia segera masuk kedalam kamar. Dibaringkan nya tubuhnya kekasurnya yang empuk. Rea teringat dengan buku yang dibelinya tadi. Diambilnya buku itu dan dibacanya judul buku itu.
“Suku Indian, suku kuat dan penuh keajaiban” tanpa rasa tertarik Rea membuka buku itu. Saat membuka buku itu cahaya terang keluar dari buku itu dan menyelimuti Rea. Rea kaget tapi tak ada yang bisa dilakukannya ketika buku itu menyedot tubuhnya. Teriakan Rea pun tertelan bersama tubuhnya yang menghilang.

Rea tersadar, dikejab – kejabkan nya matanya. Bayangan seseorang terlihat berada dihadapan Rea.
“ah...bagus lah kamu sudah sadar.” Suara seorang wanita membuat Rea kebingungan. Bukan karena suara itu tak dikenalnya, tapi karena suara itu mengeluarkan bahasa yang belum pernah Rea dengar dan entah mengapa Rea mengerti apa yang dikatakan gadis itu. Perlahan pandangan Rea menjadi jelas. Seorang gadis cantik tersenyum ramah padanya. Gadis itu...gadis Indian. Dengan pakaian suku indian yang sering Rea lihat ditelivisi atau di buku.
“minumlah ini. Ini teh jahe, akan membuatmu hangat dan segar.” Gadis itu menyodorkan secangkir minuman yang wangi. Rea menerima minuman itu. Dia meneguknya. Terasa enak dan hangat.
“Terimakasih. Em...kamu siapa? Ada dimana aku?”
“saya Embun pagi. Kamu ada diperkampungan indian. Saat mencari tanaman obat, saya menemukanmu pingsan. Dengan bantuan Mata elang saya membawamu kesini.”
“mata elang?”
“Ya, dia adik ku.” Penjelasan Embun pagi membuat Rea makin bingung. Buku itu telah membawanya ketempat yang tak dia kenal dan lebih aneh lagi dia bisa mengerti dan berbicara dalam bahasa indian.
“Kamu pasti hadiah dari langit seperti yang diramalkan nenek Sungai teduh.”
“Hadiah dari langit? Apa maksudmu?”
“Nenek sungai teduh waktu itu meramalkan kalau akan ada seorang wanita yang dihadiahkan dari langit untuk membantu suku kami.” Perkataan Embun pagi sama sekali tak dimengerti oleh Rea. Rea pun meminta Embun pagi untuk membawanya menemui peramal itu. Menurut Rea mungkin peramal itu bisa menjelaskan bagaimana caranya kembali kedunianya.
“Tapi kamu harus ganti pakaian mu dulu. Baju mu seperti milik para wajah pucat. Penduduk desa pasti tak akan suka.” Belum sempat Rea bertanya, Embun pagi telah pergi dan tak lama kemudian kembali dengan membawa pakaian untuk Rea. Saat Rea melihat Embun pagi memberikannya sebuah baju dan rok, Rea segera menolaknya. Dari kecil dia tidak pernah mau mengenakan rok apalagi sekarang. Hal itu membuat Embun pagi tertawa. Tapi kemudian dia pergi lagi dan kembali dengan sebuah celana. “Ini celana Mata rajawali. Kelihatannya cocok dengan ukuranmu.”

Mereka lalu pergi ketempat dimana nenek Sungai teduh tinggal. Embun pagi mengucapkan salam dari luar dan nenek Sungai teduh pun menyuruh mereka masuk. Rea melihat nenek Sungai teduh dengan terkejut. Wajah keriput itu adalah wajah yang sama dengan wajah nenek penjual buku. Serta merta Rea langsung bertanya.
“Nek, apa maksud semua ini?”
“selamat datang dinegeri kami nak. Tenang saja semua akan baik – baik saja.”
“Tapi bagaimana saya bisa kembali kedunia saya?”
“kamu pasti akan kembali tapi bukan sekarang. Saat perang telah usai, saat itu lah kamu akan kembali. Jalani lah harimu disini dengan bahagia.” Senyum nenek Sungai teduh membuat hati dan pikiran Rea tenang. Dia masih tak mengerti tapi diterimanya juga penjelasan itui.

Hari berganti hari, Rea makin betah tinggal disana. Apalagi penduduk suku indian terlihat ramah. Dia juga semakin akrab dengan Embun pagi dan keluarganya. Adik Embun pagi, mata rajawali yang beranjak remaja juga sangat senang dengan kehadiran Rea. Ayah Embun pagi, Kaki bison adalah kepala suku diperkampungan indian dan ibu Embun pagi, Matahari Jingga adalah ibu yang baik dengan kemampuan meramu obat dan makanan yang hebat pula.
“Rea...namamu susah disebut, bagaimana kalau saya memberimu sebuah nama?”
Suatu hari kepala suku, Kaki bison menanyai Rea.
“tentu saja sangat boleh pak. Saya sangat tersanjung.”
“Hahaha...kamu anak yang baik. Hem...baiklah saya akan memberimu nama Bintang Biru. Itu adalah bintang dilangit yang selalu bersinar saat malam maupun pagi. Saya harap kamu juga demikian. Tetaplah bersinar Bintang biru.”
“Bintang biru...ah nama yang bagus. Terimakasih pak.” Dengan api ungun yang menghangatkan tubuh mereka juga cangkir – cangkir teh mereka merayakan nama baru Rea. Malam itu Rea pun berganti nama menjadi Bintang biru.
Bintang biru selalu mengikuti kemana Embun pagi pergi. Setiap pagi Embun pagi selalu berjalan ke hutan untuk memetik tanaman obat.
“eh...mata Rajawali ada dimana? Mengapa dia tak terlihat pagi ini?”
“para lelaki didesa sedang berburu. Yang tinggal hanya kami para wanita dan anak – anak kecil.” Embun pagi berkata sambil tetap memetik tanaman obat.
“mengapa saya tak diajak? Saya juga ingin merasakan bagaimana berburu itu.” Mendengar perkataan Bintang biru, Embun pagi tersenyum dan memandangi Bintang biru. “kita wanita dan tugas kita adalah memasak dan meramu obat. Jangan remehkan tugas itu. Karena tanpa kita para lelaki tak akan bisa kuat berburu maupun berperang.”
“Tapi bukan kah wanita juga boleh ikut berburu dan berperang. Dan tak ada salahnya lelaki sekali – kali memasak ataupun meramu obat.”
Tawa renyah Embun pagi memenuhi hutan. “Bintang biru, kamu selalu menakjubkan. Saya jadi semakin terarik padamu.” Perkataan Embun pagi membuat Bintang biru bersemu. Dia menyukai Embun pagi tapi Bintang biru tak berani mengungkapkannya. “kalau begitu nanti setelah Ayah pulang, kamu bicara lah padanya. Ayah terlihat sangat menyukaimu mungkin dia akan mengizinkanmu ikut berburu. Nah, tanaman obatku sudah cukup, ayo kita pulang.” Embun pagi langsung menggandeng tangan Bintang biru yang membuat Bintang biru kelabakan. Setelah bisa menguasai diri, mereka pun berjalan pulang.

“hahaha....kamu memang anak yang aneh Bintang biru. Ya, baiklah kamu boleh ikut berburu tapi dengan syarat kamu harus bisa menguasai cara berburu. Mata rajawali ajari Bintang biru cara menombak, memanah dan cara berburu yang paling baik.” Mata rajawali mengangguk dan Bintang biru pun terlihat senang.
Maka setiap pagi Bintang biru pun berlatih. Berulang kali Bintang biru melakukan kesalahan dan hal itu membuat Embun pagi dan Mata rajawali tertawa.
“Hei gadis manis, jangan tertawa saja. Ayo kalo bisa kamu juga memanah.” Bintang biru alias Rea langsung menyodorkan busur pada Embun pagi. Embun pagi menolak tapi karena tantangan Bintang biru dia pun bergerak. Dan ternyata Embun pagi bisa memanah. Kedipan nakal dihadiahkannya untuk Bintang biru yang terpelongoh kaget. “jangan kaget kak. Kak Embun pagi juga ikut berlatih saat saya dilatih oleh ayah.” Mendengar penuturan Mata rajawali membuat Bintang biru geram, dikejarnya Embun pagi yang telah berlari dengan mengejeknya. Mata rajawali hanya tertawa melihat tingkah laku kedua kakaknya itu. Embun pagi berlari memasuki hutan dan tak berapa lama kemudian Bintang biru berhasil menyusulnya dan menangkap Embun pagi. Dilingkarkan tangannya kepinggang Embun pagi.
“Kamu sudah tak bisa lari lagi.” Tawa cekikikan Embun pagi membuat Bintang biru juga ikut tertawa. Tiba – tiba Embun pagi berbalik sehingga dia sekarang berhadapan dengan Bintang biru. Keduanya saling memandang dengan tangan Bintang biru yang masih melingkar dipinggang Embun pagi.
“Bintang biru...apakah kamu akan tetap disini?”
“Ya...aku akan tetap disini.” Hembusan napas Bintang biru menghangatkan wajah Embun pagi. Mereka saling menatap dan tanpa aba – aba kedua nya mendekatkan wajah mereka. Bibir mereka bertemu. Ciuman manis dan hangat Bintang biru membuat Embun pagi merasakan keindahan yang sangat. Mereka berpelukan dan berciuman lama.

Bintang biru semakin betah tinggal diperkampungan indian, apalagi gadis yang dicintainya juga mencintainya. Mereka terlihat bahagia. Tapi kebahagian itu dikagetkan dengan berita perang.
“Kulit pucat sudah kurang ajar. Mereka masuk dan ingin menguasai wilayah kita. Hal itu tak bisa dibiarkan. Ayo kita usir mereka dari tanah kita.” Malam itu Kaki bison sang kepala suku berteriak dengan marah. Para lelaki yang ada didesa juga ikut bersemangat. Bintang biru tahu kulit pucat yang dimaksud adalah orang – orang Eropa yang datang dan bermaksud menguasai wilayah indian. Perang pun terjadi. Para wanita dan anak kecil menunggu dengan cemas dirumah.
“Kita tak bisa berpangkuh tangan begitu saja. Ayo kita bantu pak Kaki bison dan Mata rajawali.” Bintang biru berkata pada para wanita yang tinggal didesa.
“Kita tak bisa berbuat apa – apa Bintang biru.” Ibu Embun pagi berkata dengan lirih.
“Tidak, kita bisa. Ayo semua yang mau ikut dengan ku. Yang bisa mengunakan tombak bawalah tombak, yang bisa memanah bawa lah busur dan yang bisa meramu obat bawalah obat untuk menyembuh kan para lelaki hebat kalian.”
“Ya, Bintang biru benar, ayo kita pergi.” Embun pagi pun menyetujui usul Bintang biru. Maka beberapa wanita muda dan juga gadis – gadis didesa itu pun berangkat menuju medan perang. Diperkampungan hanya tinggal wanita tua dan anak – anak kecil. Benar saja dugaan Bintang biru, para lelaki terlihat terluka tanpa ada yang merawat. Para wanita pun segera turun tangan. Perang semakin memakan banyak korban. Bintang biru sedih menyaksikan teman – teman yang dikenalnya menjadi korban. Tapi meskipun kalah dari jumlah maupun senjata, suku indian tak gentar.
“Ini bukan soal kalah atau menang, tapi kami ingin mempertahankan tanah leluhur kami.” Ucapan Kaki bison membuat semangat para prajurit suku indian makin berkobar semangatnya.

Akhirnya perang usai. Kekalahan diterima pihak suku indian. Jumlah korban yang jatuh tak sedikit. Korban dari kulit putih juga banyak. Kulit putih mengajukan genjatan senjata dengan syarat pihak suku indian mundur dan mereka akan diberikan sebuah wilayah yang luas. Semula pihak suku indian menolak tapi karena tak ingin ada lebih banyak korban lagi, Kaki bison menyetujui usul itu.
Mereka kembali ketanah kelahiran mereka bercampur dengan suku – suku indian lain yang telah dipukul kalah oleh kulit putih. Walau kalah, semangat para suku indian tak surut. Mereka bangkit dengan segera dan melakukan kegiatan sehari – hari dengan biasa.
Bintang biru menjadi takut dengan ramalan nenek sungai teduh, dia akan kembali kedunianya setelah perang usai. Kegelisahan yang sama juga melanda Embun pagi. Dia tak ingin kekasihnya pergi, tapi dia tak bisa merubah takdir. Entah mengapa pagi ini kedua orang itu terlihat suram. Bintang biru merasa hari ini lah dia akan kembali dan sepertinya Embun pagi juga merasakannya.
“Bintang biru ku, kamu akan pulang.”
“Tidak disini lah rumahku, rumah dimana ada kamu Embun pagi.” Perkataan Bintang biru sama sekali tak bisa membuat Embun pagi tenang.
“kamu tahu kan hari ini saatnya.” Mata sendu Embun pagi membuat hati Bintang biru sakit. Dipeluknya gadis yang dicintainya itu.
“Berjanjilah, kita akan bertemu dan bersatu.” Ucap lirih Embun pagi.
“Ya, aku berjanji Embun pagi. Jaga dirimu. Aku sangat mencintaimu.”
“saya juga sangat mencintaimu.” Mereka saling berciuman dan perlahan Bintang biru menghilang. Embun pagi hanya bisa menangis melihat kekasih hatinya menghilang dalam pelukannya.



Rea terbangun dengan posisi terbaring diatar tempat tidur. Matanya basah dan Rea tahu semua yang dialaminya bukan mimpi. Rea bangkit dan mencari buku itu, tapi buku itu telah menghilang. Bau tubuh Embun pagi masih melekat tajam. Rea hanya bisa termenung. Baju indian nya pun Rea simpan dengan rapi. Walaupun sedih Rea berusaha bangkit. Dia ingin setegar suku indian yang kuat. Hari – hari Rea pun berjalan kembali seperti semula.
Suatu minggu tiba – tiba Rea dikejutkan dengan bunyi ketukan pintu. Rea pun membuka pintu dan lebih terkejut lagi dengan sosok wanita yang mengetuk pintunya.
“Hai….saya tetangga baru.”
“oh….hai.” wajah wanita itu sangat mirip dengan Embun pagi.
“nama saya Adis. Ini the jahe sebagai salam perkenalan.” Lagi – lagi perkataan wanita itu membuat Rea kaget. Tapi Rea segera menguasai keadaan.
“Rea. Salam kenal dan silahkan masuk” Rea dan wanita itu pun masuk kedalam rumah Rea dengan senyum bahagia yang melekat dibibir Rea.