Selasa, 13 Desember 2011

Duyung di Lautan 2


Sinar matahari diam-diam menyusup masuk melalui celah-celah kain gorden seolah ingin menunjukan pada penghuni rumah kalau malam telah berganti pagi. Kana telah bangun dari tadi. Lebih cepat dari matahari. Bukan karena mimpi buruk tapi lebih tepatnya mimpi aneh. Ya, mimpi aneh yang hanya berisi suara nyanyian kesepian yang begitu menyentuh kalbu Kana. Siapakah? Darimanakah? Lantunan melodi itu seperti ilusi, ilusi yang begitu nyata. Rasa bingung dan penasaran membalut pagi Kana, terasa ketat dan memenuhi benaknya. Dia bangkit dan segera mandi lalu menyantap sepotong roti hanya sepotong, sebenarnya Kana tak ingin sarapan tapi merasa tak enak karena istri Hendu telah menyiapkan sarapan untuknya.
Kana kemudian pamit dan pergi untuk menuntaskan rasa penasarannya.

Bau amis bertebaran memenuhi penciuman Kana. Udara bercampur dengan bau makhluk lautan yang ditangkap demi memenuhi nafsu makan manusia. Kana mengedarkan pandangannya mencari sosok adiknya. Sosok tegap dan kekar itu berdiri diantara nelayan-nelayan yang mengumpulkan hasil tangkapan mereka. Sosok Hendu mengingatkan Kana pada ayah mereka. Sosok tegas dan pendiam yang sangat dihormatinya. Tapi sifat Hendu berbeda dengan ayah, adiknya memiliki kelembutan bunda.
"Du, boleh pinjam kapal boat mu? Yang kecil saja." Kana yang telah berdiri disamping saudaranya bertanya tanpa basa-basi. Hendu mengerutkan keningnya.
"buat apa?"
"hanya ingin menjelajahi lautan. Sudah lama aku tak menjenguk laut kita" Hendu terlihat mempertimbangkan tapi kemudian dia mengangguk.
"baiklah. Pakailah. Tapi jangan lama-lama dilautan. Hari terlihat mendung dan seperti nanti siang hujan akan turun."
"siap bos." Kana memperlihatkan cengirannya dan segera berlalu sebelum Hendu membatalkan persetujuannya.

Pelayaran kecil, mungkin begitulah yang dilakukan Kana. Menjalankan kapalnya menuju arah lautan yang banyak dihindari nelayan tapi berusaha bergerak tanpa kentara agar para nelayan yang masih berburu dilautan tak mencurigai dia menuju tempat terlarang. Matahari pagi masih bersinar memantul di atas permukaan laut seolah batu berlian jatuh berserakan. Kana heran mendengar pernyataan Hendu yang menyebutkan kalau hari akan hujan, bagi penglihatan Kana langit terlihat begitu cerah. Bahkan angin pun bertiup perlahan menyentuh kulit Kana.

"engkau datang, engkau datang oh wahai kekasih. Disini aku berada, disini menantimu. Kemarilah kasih, kemarilah..." suara nyanyian itu lagi. Kini Kana yakin itu bukan sekedar ilusi, itu bukan khayalannya.
"siapa itu? Dimana kamu?" teriak Kana memecah kesunyian lautan. Tak ada sautan. Kana mematikan mesin boatnya. Berdiri dalam diam mengedarkan pandangan keseluruh lautan mencari dan terus mencari.
"hai pemilik suara indah tunjukanlah dirimu? Jangan bersembunyi. Aku ingin menemuimu." angin berdesir mengantarkan suara Kana pada lautan.
"engkau tak takut? Tak takut pada cerita-cerita menyeramkan tentang kami?" sahutan berupa nyanyian berkumandang tapi tetap saja Kana tak bisa melihat si pemilik suara.
"takut? Aku bahkan tak tahu siapa dirimu? Bagaimana aku bisa takut."
"seharusnya kamu takut. Ah,kamu tak pernah berubah Kan." Kan? Panggilan itu terasa sangat akrab ditelinga Kana tapi entah mengapa seolah ada kabut yang menutupi ingatannya.
"apakabar Kan?" suara itu terdengar begitu dekat. Kana segera membalikkan badannya. Dipinggir boatnya bersandar seorang gadis cantik berambut panjang. Gadis itu menyandarkan lengannya, sementara sebagian tubuhnya terbenam dilautan. Kana terdiam. Diperhatikan sosok indah dihadapannya. Indah, bagai lukisan dewa yang tak terlihat cacatnya sama sekali.
"siapa kamu? Apa aku mengenalmu?"
"ah ya, kamu pasti telah melupakan ku. Ingatkah kamu dengan ini?" gadis itu menurunkan lengannya dari boat lalu berenang perlahan disekitar perahu. Kana kini melihat dengan jelas sirip-sirip ikan yang membungkus tubuh bawah gadis itu. Gadis itu meliuk dengan indah bersama lautan.
"kamu putri duyung?apakah aku akan dibawa kedalam lautan?"
"sudah ku bilang seharusnya kamu takut pada ku." gadis itu tertawa kecil. "kamu tak pernah berubah Kan." senyum itu, senyum yang mengingatkan Kana tentang masa kecilnya.
"Purple...kamu kah itu?"
"ah...akhirnya kamu ingat. Selamat datang kembali dan aku ingin mengembalikan senyum ceriamu lagi" mendengar itu Kana terdiam. Lama. Dia memandangi langit yang sekarang telah berubah menjadi kelam, sekelam hatinya.
"sepertinya aku harus pulang."
"kamu akan datang kesini lagi kan?"
Kana tersenyum lalu menjawab. "ya, aku pasti akan datang lagi. Begitu banyak kisah yang ingin kudengar."
"ya...berjuta rindu dan kisah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar